Jumat, Mei 16, 2008
Asbabul Futur-Sebab-sebab Futur
1. Berlebih-lebihan dalam dien (israf/ ghuluw).
2. Tidak melazimi Jamaah
3. Bergaul dengan orang-orang yang lemah
4. Bermaksiat pada Allah
5. Berlebih-lebihan dalam hal mubah
6. Sedikit mengingat akherat
7. Masuknya barang haram ke dalam perut
8. Tidak mempersiapkan diri menghadapi tantangan
9. Beramal tanpa perencanaan
10. Melalaikan amalan siang dan malam.
Tiga Perkara yang merusak dan menyelamatkan ( Muhlikat Wal Munjiyat)
Tiga perkara yang merusak dan tiga perkara yang menyelamatkan
Tsalatsun muhlikat wa tsalatsun munjiyat : Falmuhlikat : Shuhun mutha’, Wa hawwan muttaba’, Wa I’jabul mar’I binafsihi. Wal munjiyat : taqwallahi ta’ala fii sirri wal alaniyat, Wa adlu filghodzobi wa ridlo, Wal qhasdu fil faqri wal ghina.
“Ada tiga perkara yang merusak dan ada tiga perkara yang menyelamatkan:. Tiga perkara yang merusak adalah Kekirian yang di ikuti, hawa nafsu yang di ikuti dan Takjub seseorang pada dirinya sendiri. Dan tiga perkara yang menyelamatkan adalah taqwa kepada Allah di saat sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, bersikap adil ketika marah ridla, kesederhaan di saat miskin maupun kaya.”
(Di nukil dari Kitab Raudhah Al Muhibbin Wa Nuzhah Musytaqiin : Ibnul Qoyyim AlJauzi, Darul Falah-1427 H, Cetakan ke-13 Hal. 360).
Batam, 17 Mei 2008, 07.14 pagi.
H.Ahmad Saikhudin
Khutbah Jumat hari ini
Buka laptop, baca materi, baca qur'an, sampai nonton televisi. So, siang nya gantian deh di sahur :-)
Materi khutbah saya hari ini adalah tentang "Asbabul Futur Wa 'ilajuha"- Sebab-sebab futur dan ilaj-nya, tp krn waktunya nggak cukup ya penyebab-penyebab futur aja. a.l :
1. Bergaul dengan lingkungan yang lemah
2. ......
Kamis, Mei 15, 2008
Be your self (menuju kedewasaan)
Khalid bin Walid ketika harus di pecat oleh Umar dari Panglima Perang di gantikan oleh Abu Ubaidah dia tidak pernah merasa kecewa. "Karena aku berjuang karena Allah semata, bukan karena Umar. Aku tahu Umar sangat tidak menyukaiku, maka hal pertama yang di lakukan setelah di angkat khalifah adalah memecatku" demikian perkataan Khalid yang di narasikan oelh Ahmad Bakatsir. Apakah Khalid marah...tidak dewasa...TIDAK. Dan apakah Umar juga marah dan bertindak tidak dewasa...juga TIDAK. Kedua-duanya mempunyai sudut pandang dan cara berfikir yang berbeda tapi mereka berdua mempunyai tujuan yang sama.
Adanya sifat ngeyel bagi sebagian orang bukanlah tanda kejelekan dia. Justru mereka yang cerdas akan menerima dan berusaha menggunakan potensi "ke-ngeyelan" itu menjadi "energi" besar yang di gunakan untuk kemanfaatan. Tidak semua mereka yang punya karakter ngeyel akan merugikan orang lain. Tergantung ke-objektifan kita menilai.
Ada banyak faktor sebelum kita mengambil sebuah keputusan. Tergantung sampai di mana letak kedewasaan seseoarng.
Akhir 2003, bersama seorang pembimbing dan beberapa orang yang kini telah menjadi pejabat di sini, di batam. Ust Heru Winarno, begitu aku memanggilnya. "Apakah antum siap seandainya harus menjadi..seandainya harus memikul....bla..bla...". Tanya beliau. "Apakah saya masih bisa memilih"? Ada perubahan raut wajah pada sebagian yang hadir. Tapi dengan kedewasaan beliau mengatakan " Gak apa-apa. Seandainya saya jadi beliau , saya juga akan mengatakan demikian".
Yup, beliau tidak pernah memaksa untuk saya berfikir sebagaimana mereka yang telah mendapatkan sentuhan tarbiyah terlebih dahulu dan dengan segala informasi dan wazifah yang telah lebih dulu di pikul. Tapi saya punya keyakinan bahwa saya akan juga mampu seperti mereka bila di berikan kesempatan. Apakah mulai ada perasaan sombong di hati saya (Na'udzuillah...Ya Rabb, walaupun hamba secara dhahir harus mengucapkan kata-kata yang tidak pantas hamba ucapkan, ampuni dosa hamba ya Rabb. Sungguh hamba-Mu ini adalah dhoif dan jahil dengan ilmu-Mu).
Tidak!!!!. Justru itu adalah perasaan optimis...sebuah perasaan Tafa'ul untuk menyongsong hari esok yang leabih baik.
Saya bukan siapa-siapa. Hanya seorang yang selalu ingin menjadi al akhfiya untuk meruntuhkan segala kesombongan yang ada di hati ini. Manjadi lebih rendah diri dan tawadzu. Siapakan asap yang berani membumbung tinggi padahal dia hina. Kenapa tidak menjadi intan permata yang berharga tapi ia tersembunyi dalam tanah. Jua Mutiara yang mahal dalam lautan yang luas.
Allah tidak akan melihat dzahir seseorang karena yang DIA lihat adalah hati dan amalnya. Wallahi....pandangan Allah lebih utama dari sekedar pandangan manusia.
Tetap menjadilah dirimu sendiri. Tidak mencari popularitas, menjadi orang lain. Runtuhkan ego bila engkau ingin maju. Kadang kebenaran tidak harus terungkap secara tiba-tiba tapi membutuhkan proses yang panjang.
Siapakah Shafwan bin Muattal bila di bandingkan RasuluLLah, tp Allah membersihkan namanya dari langit.
Bersikap objektif buka subjektif. Karena objektif itu LEBIH dekat kepada keadilan. Menjadi diri sendiri, bukan menjadi orang lain.
Batam, 16 Mei 2008
01.43 pagi.
Selasa, Mei 13, 2008
Masalah akan semakin mendewasakan kita
Jangan pernah merasa rendah diri. Jangan pernah merasa kalah. Jangan pernh merasa putus asa. Bukan kah ada Allah yang terbaik sebagai tempat mengadu?
Mungkin di mata orang kita kurang sempurna, tapi percayalah bahwa kesempurnaan, ketaqwaan hanya DIA yang tahu.
Buktikan bahwa kamu mampu dan lebih baik dari mereka yang menganggapmu kecil, karena kamu di berikan Allah potensi yang sungguh besar.
Bila memang taqdir mengatakan tidak harus bersama mereka, kamu akan tetap bersama PEJUANG-PEJUANG yang lain atau kamu akan sendirian seperti Abu Dzar Al Ghifari.
13 Mei 2008, 23. 58
Rabu, Mei 07, 2008
Karakteristik
1. Mendukung kekuasaan rezim yang zhalim secara apriori, selama penguasa tersebut masih melakukan shalat. Alasannya, karena Nabi memerintahkan taat kepada penguasa Muslim yang masih shalat sekalipun berbuat durhaka atau zhalim. “Enam puluh tahun di bawah penguasa zhalim, lebih baik daripada sehari tanpa pemimpin,” kata mereka. Sementara mereka mengabaikan ayat Al-Qur’an yang melarang membantu orang-orang zhalim yang berkhianat kepada Allah dan rasul-Nya.
2. Mengklaim pahamnya paling benar tanpa mau diajak dialog mendengarkan hujjah dari pihak Muslim yang dikategorikan sesat.
3. Mengajak umat untuk menjauhi politik, dan memfokuskan diri dalam aqidah dan ibadah dalam pengertian sempit.
4. Gemar mengabaikan hujjah lawan sekalipun hujjah itu dari Al-Qur’an dan hadits shahih hanya karena hujjah tersebut tidak berasal dari syeikh-nya.
5. Mempersempit sumber-sumber pemahaman agama, dan hanya menerima dari ulama panutannya atau pemahaman dari kelompoknya sendiri secara terbatas, dengan menganggap pemahaman jalur lain sebagai bid’ah.
6. Sangat mengecam perilaku yang dikategorikan tasabbuh dengan golongan kafir dan musyrik. Tapi, mengikuti cara berpikir dan kepemimpinan golongan zionis dengan menempatkan pendapat ulama panutannya melebihi Al-Qur’an dan hadits.
7. Menampilkan identitas tertentu untuk membedakan diri dengan kelompok lain secara fanatik sebagaimana halnya dengan sekte-sekte di lingkungan Yahudi dan Kristen.
8. Mengambil ajaran agama dengan mengutamakan hal-hal yang bersifat personal dan keluarga, tapi mengabaikan masalah kenegaraan dan jihad. Hal ini sejalan dengan doktrin Kristen: “Berikan hak Kaisar kepada Kaisar, dan hak Tuhan kepada Tuhan.”
9. Sangat membenci, bahkan memusuhi gerakan Islam yang menuntut pemberlakuan Syari’ah Islam secara kaffah, terutama ajaran amar makruf nahyu mungkar dan jihad. [Hidayatullah]
(Risalah Mujahidin Edisi 7 Th I Rabiul Awal 1428 H / April 2007 M, hal. 42-46)
Potensi Kegemilangan Hadharah Islamiyah
Edited : H. Ahmad Saichudin (http://ahmadsaichudin.blogspot.com, http://cahayacemerlang.blogspot.com ).
From http://www.alhikmah.ac.id
Dalam perputaran waktu di hari ini telah banyak paparan orang yang merindukan hadirnya kembali peradaban manusia yang sesungguhnya. Sebab selama ini mereka telah kehilangan cita rasa untuk menikmati sandiwara dunia. Malah yang terjadi adalah rasa muak dan momok akan lakon dunia. Akhirnya muncullah angan-angan dan keinginan bernostalgia pada
masa-masa lalu. Bahkan kemudian membanggakan peradaban Romawi ataupun Yunani. Padahal sebenarnya dua peradaban itu telah membuktikan bahwa ia tidak mampu bertahan lama karena bertentangan dengan fitrah umat
manusia.
Ketidak bertahanannya peradaban itu menunjukkan bahwa harapan besaritu kepada peradaban Islam. Seorang sosiolog memaparkan bahwa sebenarnya peradaban manusia dalam sepanjang sejarah modern ini berhutang budi pada peradaban Islam. Telah banyak jasa yang diberikan Islam dan kaum muslimin pada kemajuan dunia. Karenanya tidak bisa
diputuskan hubungan antara modernisasi dengan kejayaan Islam. Bahkan Islam dan kaum muslimin sebagai peletak pondasi peradaban umat manusia. Seorang pujangga muslim menyampaikan bait-bait syairnya:
Sehamparan tanah ini hijau membentang
Sejengkal bumi dipijak mengalirkan kekayaan
Sebening curahan air menawarkan kesegaran
Sejernih birunya angkasa menyajikan kedamaian
Tiada yang dapat menunantaskannya
Karna semua itu berada di setiap jengkal yang disebut asma Sang Perkasa
Allahu Rabbul `Alamin.
Potensi yang menjadi inspirasi dan sebagai kekuatan untuk memunculkan kembali kejayaan Islam sudah ada di tangan kaum muslimin. Potensi tersebut diantaranya:
1. Syari'ah Islam (At Tasyri' Al Islamy)
Umat Islam memiliki warisan yang amat mahal. Karena warisan ini tidak pernah usang dan lapuk karena zaman. Ia adalah syari'ah yang diberikan Allah dan Rasul-Nya. Warisan ini memberikan jaminan akan keselamatan dari kesesatan dan kealpaan. Bahkan ia tetap abadi sepanjang zaman. Karena itu ia tidak akan pernah terkotori oleh pikiran dan hawa nafsu
manusia sekalipun pemuka agamanya. Tidak seperti ajaran lain di dunia ini yang telah banyak terlumuri oleh hawa nafsu pemimpin agamanya.
Disamping itu ajaran Islam diberikan Allah SWT. karena kesesuaian dengan fitrah umat manusia. Ini berarti bahwa syari'ah Islam tidak akan bertentangan dengan naluri dan watak kemanusiaan. Dan akan menjadi sumber aspirasi untuk memenuhi kebutuhannya. Karenanya ajaran Islam merupakan satu-satunya alternatif untuk memberikan solusi atas berbagai problematika yang dihadapi umat manusia dari berbagai kurun waktu.
"Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan- Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu". (QS. Al Maidah, 5:48)
Bila hal dipahami oleh seluruh kaum muslimin sebagai sebuah potensi besar untuk mengembalikan zaman keemasan peradaban ini. Maka mereka sepatutnya memahami dengan benar sumber ajarannya. Yang selama ini dipahami dengan sebelah mata yang penuh kecurigaan dan kekeliruan. Sehingga tidak sedikit kaum muslimin yang buta akan Islam. Yang membuatnya ragu-ragu terhadap Islam. Bahkan ada pula yang mencibirkannya. Memang musuh-musuh dakwah ini tidak merasa senang terhadap kemajuan berpikir umat. Terlebih pada ajaran yang telah dipeluknya semenjak turun temurun. Para musuh dakwah itu telah mengaburkan pemahaman Islam dan diubahnya sebagai ajaran usang yang penuh kekejian dan kekejaman. Sehingga program besar mereka tidak lain adalah membuat kaum muslimin meninggalkannya.
Padahal apa yang mereka takutkan sebenarnya tidak terdapat dalam ajaran Islam. Malah justru sebaliknya yang selama ini mereka perjuangkan berkoar-koar untuk peradaban dan kejayaan. Ternyata mereka mengadopsinya dari ajaran Islam. Mereka serukan peradaban yang mereka namakan civil society. Ternyata justru itulah yang pernah dibangun
oleh Islam dan kaum muslimin pada masa yang lalu. Dan kaum muslimin telah membuktikan keberhasilannya mengangkat harkat dunia.
2. Jumlah Kaum Muslimin (Kammiyatul Muslimin)
Pada saat ini data statistik menyebutkan bahwa jumlah kaum muslimin berkisar antara satu milyaran. Artinya bahwa kaum muslimin merupakan seperlima penduduk dunia. Ia menjadi sumber kekuatan yang sangat diperhitungkan oleh pihak-pihak musuh. Kekuatan dari sisi jumlah ini tidak mungkin dipandang remeh oleh mereka. Apalagi hingga diabaikan.
Diberbagai tempat, banyak kita dapati bahwa kaum muslimin mendapatkan tekanan dan penindasan. Akan tetapi jumlah mereka tidak pernah berkurang. Bahkan seorang ulama Palestina mengatakan sambil tersenyum.`Selama ini kami telah terisolir oleh kekuatan musuh. Tidak bisa keluar pergi belajar, bekerja mencari nafkah, mengajari umat di
mesjid-mesjid. Seluruh akses kami keluar mereka tutup. Maka apalagi yang akan kami lakukan kalau bukan berkumpul bersama keluarga di rumah. Sambil menikmati penganan kecil bersama anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu anak-anak kami semakin bertambah, sekalipun banyak anggota keluarga kami telah syahid di medan juang ini'.
Kekuatan jumlah yang begitu besar dianjurkan junjungan Nabi. Sebagai bentuk kebanggaan akan pengikutnya yang lebih banyak dari Nabi lainnya. Anjuran beliau tertuang dalam Hadits, `Nikahilah wanita yang penuh cinta kasih dan subur. Aku akan berbangga hati dengan jumlah pengikut yang banyak di hadapan para Nabi di hari kiamat'. Dan akan sangat menyulitkan musuh-musuh dakwah manakala kaum muslimin pun memiliki tingkat kualitas yang tinggi. Sebagaimana arahan Islam yang tertuang dalam doa yang diucapkan sehari-hari. `Ya Rabb Tuhan kami limpahkanlah dari pasangan kami keturunan yang menyedapkan pandangan mata dan jadikanlah mereka pemimpin orang-orang yang bertaqwa'.
Menyadari akan modal kekuatan besar ini musuh-musuh dakwah mencanangkan program agar jumlah kaum muslimin terbatasi ditambahdengan kondisi kualitas yang sangat minim. Sehingga peran serta umat Islam untuk bisa mencerah panggung dunia sangat kecil. Dikarenakan kualitasnya yang kurang memadai, kapabilitasnya tidak memenuhi syarat
serta jumlahnya yang amat sedikit. Akhirnya kita mengalami kondisi qillatur rijal wa katsratul a'ba'. Dan kondisi ini terus melingkupi wajah dunia Islam. Dan menjadi problematika yang tak pernah selesai.
3. Kekayan Alam (Ma'adin fi Wilayati ummatil Islami)
Kekayaan alam di seantero umat Islam berdiam, seluas itu pula kekayaan alam yang tersedia. Kekayaan alam yang amat banyak tidak pernah berkurang bahkan untuk beberapa generasi. Kecintaan Allah SWT. Kepada umat Islam untuk dapat mewarisi kepemimpinan dunia. Allah SWT. Telah melimpahkan anugerah kekayaan yang tak kan pernah habis untuk generasi umat Islam sepanjang zaman. Hampir seluruh keragaman kekayaan di muka bumi ini dimiliki oleh umat ini. Kekayaan yang diatas tanah maupun yang didalam tanah atau kekayaan yang terpendam di lautan lepas. Begitu amat melimpah ruah.
Benarlah firman Allah SWT. Bahwa limpahan keberkahan itu tidak pernah habis. Keberkahan dari langit, di atas muka bumi hingga yang di dalamnya. Semua itu sebagai modal untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi. Dan kembali memegang kendali dunia sebagaimana generasi masa lalu yang telah mencetak keunggulannya di muka bumi ini. "Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)", (QS. Al Qashash, 28: 5).
Akan tetapi persoalannya saat ini adalah ketidak mampuan untuk memberdayakan kekayaan tersebut. Sehingga kekayaan yang begitu banyak dikeruk oleh orang-orang asing bahkan dilakukan terus menerus. Malah sambil kaum muslimin membayar mereka dengan mahal. Padahal orang-orang asing itu telah mencuri kepemilikan umat. Dampaknya adalah kehabisan sumber daya alam. Padahal bila umat ini mampu mengelolanya dapat membuat orang asing itu ketergantungan dengan kaum muslimin.
4. Sejarah Emas Umat Islam (Tarikhul ali lil muslimin)
Umat Islam telah membuktikan diri sebagai generasi yang berjaya di panggung peradaban dunia ini. Memegang kendali kepemimpinan dunia selama tujuh abad lebih. Sedang peradaban baratpun baru berumur 450 tahunan. Hal ini tentu menimbulkan keyakinan bahwa umat Islam dapat berjaya kembali sebagaimana generasi yang telah lalu.
"Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:"Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan jadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain". (QS. Al Maidah, 5:20)
Sejarah telah mengabadikan peran umat Islam dalam membangun peradaban ini. Dimana pusat-pusat ilmu pengetahuan saat ini adalah warisan sejarah umat Islam. Dan telah banyak dicatat sejarah bahwa kegemilangan dunia ini dari tangan tokoh Islam yang telah menemukan berbagai keajaiban dunia. Dan menjadi teori umum yang dipakai dunia.
Dari perjalanan sejarah tersebut juga telah diabadikan menjadi peninggalan- peninggalan bersejarah yang amat mahal harganya. Begitu pula penataan administrasi kemasyarakatan di dunia banyak berasal dari
sejarah umat Islam.
5. Janji Allah Akan Kemenangan (Wa'dun minallahi alat Tamkin)
Janji Allah merupakan kebenaran mutlak. Ia tidak pernah ingkar sedikitpun. Bahwa Allah SWT. Akan memberikan kegemilangan kepada umat Islam untuk tampil ke muka bumi. Sebab misi sebanarnya dari manusia yang beriman kepada Allah SWT. adalah untuk memimpin dunia. Agar orang-orang berimanlah yang memakmurkan dunia dan mensejahterakannya. Janji Allah SWT inipun telah nyata pada sejarah umat manusia. Ini akan dibuktikan manakala umat Islam mampu menunaikan prasyaratnya. Sebagaimana firman Allah SWT.
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentausa.Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang
fasik". (QS. An Nur, 24: 55)
Begitu banyaknya potensi untuk meraih kembali kegemilangan umat ini yang telah melekat dan diberikan Allah SWT. Akan tetapi betapapun potensi itu ada di tangan umat ini. Namun tidak ada upaya untuk mendayagunakannya maka potensi itu tidak ada gunanya. Oleh karenanya potensi itu mesti diimbangi dengan meningkat upaya diri untuk mencapainya. Adapun kiat untuk ke arah tersebut, diantaranya sebagai berikut:
Pertama, Mengokohkan tarbiyah nukhbawiyah dan jamahiriyah secara integral. Tarbiyah merupakan upaya penyiapan masa depan untuk mengembalikan kejayaan umat ini. Dengan membina SDM-SDM yang terampil dan cakap dengan kesiapan memikul amanah tugas besar. Tarbiyah untuk menghantarkan kepada cita-cita luhur tersebut diperlukan penempaan yang integral dan komprehensif. Sehingga mereka-mereka yang terbina dapat berperan pada bidang-bidang yang sangat memerlukan tenaga dan perannya.
Kedua, Memberdayakan seluruh potensi yang dimiliki. Potensi yang telah diberikan Allah SWT. sebagai kekayaan yang amat mahal ini harus dapat diberdayakan secara optimal. Tentu dengan penyiapan tenaga yang memang memiliki kemampuan untuk tujuan tersebut. Agar potensi itu tidak sia-sia di tangan kaum muslimin. Semua umat harus diberikan kepahaman akan potensi tersebut dan memberikan penyadaran akan fungsinya bagi kegemilangan islam dan umatnya. Ibnu Khaldun menyatakan bahwa umat Islam ini bagaikan raksasa yang sedang tidur. Ia perlu dibangunkan dan disadarkan akan kekuatan yang ada di tangan agar dapat melawan musuh-musuhnya.
Ketiga, Membangkitkan semangat/keghairaha n dalam berislam dan komitmen kepadanya. Semangat keislaman harus merata ke seluruh umat ini. Dan tidak boleh hanya dimiliki sebagian kalangan kaum muslimin saja. Agar perasaan sense of belonging menumbuhkan pembelaannya kepada Islam. Ghairah keislaman bila hidup ia akan sangat perhatian terhadap ajarannya. Apakah sedang naik atau turun. Apakah sedang terancam atau sedang jaya. Dengan perhatian yang amat besar ini umat dapat mengikuti gerak laju yang sedang dialami oleh Islam dan dapat mewujudkan perintah sang Junjungan, berputarlah bersama Islam bagaimana pun putarannya.
Keempat, Menjalin kekuatan umat yang berserakan. Sebenarnya umat ini dapat menjadi kekuatan besar. Manakala dapat menghimpun potensi yang bertebaran dimana-mana. Untuk menjalinnya diawali dengan melakukan dialog kepada seluruh simpul umat. Dari dialog yang dilandasi kebersihan hati dan kepahaman diri dapat menjadi kekuatan besar. Sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saat pertama kali menginjakkan kaki di Madinah. Beliau menyatukan simpul-simpul umat antara Muhajirin dan Anshar, antara Aus dan Khajraj dan lain-lainnya. Bila simpul ini saling berhubungan ia akan menjadi jalinan syarat yang sangat kuat dan ampuh untuk menyamakan kesatuan langkah. Karenanya sumbatan-sumbatan itu harus dikikiskan hingga benar-benar habis.
Kelima, Meyakini akan janji Allah SWT. akan kemenangan dan siap untuk menerimanya. Bagi seorang muslim yakin akan pertolongan Allah SWT. tidaklah boleh berkurang sekecil apapun. Sebab sikap seperti ini adalah ideologi keislaman. Dan keyakinan tersebut menjadi insiprasi dan sekaligus motivasi untuk mengembangkan potensi tersebut. Bahkan keyakinan itu berfungsi sebagai mana'akh I'tiqadiyah. Imunitas ideologi. Oleh karena kewajiban umat ini adalah senantiasa menyuburkan
rasa yakinnya agar selalu tumbuh subur dan dapat menghilangkan keragu-raguan di dalam hati.
Wallahu `alam bishshawwab.
"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikanshalat, menunaikan zakat, dan
hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, (QS. Al Anbiya' 21:73)
(Rasmul bayan Thaqah Najati Al Hadharah Al Islamiyah)
http://www.alhikmah .ac.id/
