Senin, Februari 09, 2009

Menjadi Orang Indonesia bukan Orang Lain

Ya, menjadi orang Indonesia dengan adat budaya/ urf yang berlaku. Tidak harus menjadi orang barat, arab, dan lain-lain. Kita sering latah ikut-ikutan rang lain. Tidak bangga dengan menjadi diri kita sendiri karena beranggapan bahwa budaya lain lebih baik. Valentine day misalnya, berapa banyak muda-mudi kita yang tertipu dengan acara-acara Valentin-valentina-an yang nggak jelas. Ikut-ikutan latah biar tidak di angap ketinggalan harus mengikuti budaya orang lain.

Betapa banyak juga saudara-saudara kita yang berpakaian ala orang barat. Yang perempuan sudah tidak memperdulikan lagi adat-adat ketimuran. Berpakaian seronok, you can see, pakaian minim dan seterusnya. Begitu juga sebaliknya yang laki-laki juga demikian.
Tidak hanya yang berpakaian seronok dan minim, ada sebagian saudara kita yang ghuluw dan berlebih-lebihan dalam sisi pakaian. Yang laki-laki berpakaian ala arab dengan alasan mengikuti sunnah demikian juga yang perempuan bercadar habis dan hanya kelihatan matanya saja. Kawan saya bilang yang lagi kuliah di Wolonggong katanya "urik" (bahasa jawa artinya curang). Dia bisa ngeliat kita, sedangkan kita nggak bisa ngeliat kita :-).
Kalau mau mengikuti sunnah leter lejk, zaman RasuluLLah belum ada sirwal/ celana yang ada adalah izar. Maka banyak hadist di Riyadhus Shalihin yang menyebutkan dengan kalimat "izari" ketika berbicara masalah "khuyala"/ pakaian di bawah mata kaki asal tidak sombong.
Sebagian saudara kita yang saya lihat bukan berpakaian Arab tapi Pakistan/ India. Jubah setengah badan dan Celana gantung.
InnaLLah la yandzuru ila suwarikum wa amwalikum wa lakin yandzuru ila quluubikum - Allah ngg melihat kepada bentuk pakaian/rupa dan harta2mu tapi Allah melihat kepada hatimu.
Apalah arti celana gantung setinggi betis, pakaian jubah, jenggot tebal bila di wajah tidak ada senyum kepada saudaranya, berjalan "kaannahum husubum musannadah" seperti kayu yang kaku?
Menjadi orang Indonesia yang terbaik, asal tidak bertentangan dengan syara'. Orang padang bilang "adat basandi syara', syara' basandi kitabuLLah". Adat/ Urf yang bersandarkan pada kaidah-kaidah syariah dan tidak bertentangan dengannya, itulah yang kita pertahankan. Sedangkan yang tidak sesuai, rubah secara pelan-pelan karena tipikal masyarakat kita bukan masyarakat yang tidak bisa melihat perubahan dengan tiba-tiba. Berda'wah dengan hikmah, mauidzah khasanah dan bila bejadal, jadal- lah dengan cara yang terbaik/ ahsan.

Tidak ada komentar:

SELAMAT DATANG..AHLAN WA SAHLAN..WELCOME..SUGENG RAWUH..

Ahlan wa sahlan......Met berkunjung
Harapan semoga tercerahkan dan bermanfaat.