Kemarin hari yang cukup melelahkan tapi mengasyikan. SubhanLLah, segala pujian milik Allah SWT semata yang telah memebrikan kepada kita semua kesehatan.
Pagi jam 10-an menghadiri acara silaturrahim dan menjalin ukhuwwah dg para asatidz dan tim da'wah di Mukakuning. Jumpa dg para asatidz dari berbagai tempat dan tsaqofah. Sebenarnya prinsip saya pribadi, sangat menyukai untuk menjalin ukhuwwah dengan siapapun. Lintas mahzab, golongan, partai, dan lainnya karena itu akan lebih menjadikan kita semakin dewasa dan semakin faham dengan perbedaan. Bahwa perbedaan adalah sunnatuLLah yang tidak boleh di ingkari sepanjang buka perbedaan dalam tataran ushul/ aqidah/pokok.
Berangkat dari background di kampung halaman krn saya di besarkan di lingkungan tradisional ke-NU-an yang kental, maka sampai sekarang masih selalu teringat.
Di depan rumah saya di kampung Kediri, berdiri sebuah musholla (langgar kami menyebutnya) yang cukup besar) peninggalan dari Kakek moyang dari pihak Ibu. Konon menurut cerita Bapak, Musholla itu dulu tempat/ markaz para pejuang melawan penjajah Belanda. Sering Bapak saya kalo lagi bikin lubang utk tempat sampah (joglangan boso jowone), menemukan peluru bekas zaman Belanda dulu. Bahkan ada salah satu nama paman saya yang di namakan "Miskam" karena dulu ada komandan perang yang namanya Miskam tadi pernah singgah di Musholla itu sehingga Mbah Mat (Bapaknya paman saya itu, yang biasa memandikan keris kerjaanya dulu tiap bulan Muharram-Syuro) menamakan putranya dengannama Miskam.
Setiap habis maghrib selalu ramai dengan anak2 yang ngaji turutan dengan di bimbing Bapak. Bapak saya punya kebiasaan yang sangat teratur dan baik. Dari kecil dulu setelah shalat ashar biasanya beliau duduk di kursi depan rumah atau dalam sambil menghafalkan ayat-ayat Alqur'an (Beliau alqur'an hampir hafal tapi makhrajnya model lidah jawa sehingga kalau mengucapkan ain menjadi "ngain" :-. Kalo ngajar dari abis maghrib-isya' biasanya beliau melihat alquran cukup dari belakang, jadi muridnya berhadapan dengan beliau dg alqur'annya menghadap muridnya, tp herannya kalo ada yang salah beliau bisa tahu) ). Setelah itu biasanya beliau menyalakan lampu petromaks (karena dulu sekitar thn 80-90-an di tempat kami blm ada listrik) sampai isya kmdian tdur. Jam 2- 3-an beliau sudah bangun utk tahajjud, kemudian siap2 adzan shubuh dan membangunkan anak2 muda yang biasa tidur di musholla. Kadang-kadang kalo timbul nakal saya, tidur lagi smpi terdengar iqomat baru lari ke tempat wudlu :-). Selesai shubuh bliau baca wirid dulu, kemudian baca Alqur'an lagi sampai matahari terbit ckup tinggi baru siap2 berangkat ke sawah. Begitu seterusnya smpi saat ini. Mungkin kebiasaan yang baik inilah yang menyebabkab rambut beliau belum memutih semua meski usia beliau sudah 64 tahun. Ya Allah semoga Allah merahmati keduanya. (Warhamhuma kamaa robbayani shaghiira).
Yup, kemarin lagi setalah dari Nurul Iman jumpa dengan Haji Rauf dan Haji Imam Muthowali (ustadz yag berangkat haji bareng thn 2007 kemarin dan sempat jumpa di Maktab Mekah juga dg Ust Mahfudz dan Ust Barurahim dari Sanipak) kmd ke Panbil, makan di Laksana trus ke DPW Sukajadi bikin design Banner Cahaya Cemerlang trus ke BCS cetak, trus ke Panbil lagi, ke SP dan ke Mitra Mall smpai abis isya.
Abis isya, ngajar di IKMS Sanyo Energi Batam di perum HPM Batuaji (biasanya di Dorm) br pulang.
Salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar