Selasa, September 30, 2008

SALAM AIDIL FITRI 1429 H

Ied Mubarak 'alaikum jami'an. TaqabaLLahu minna wa minkum. Kullu 'am wa antum bikhair.
Mohon kemaafan atas segala khilaf dan salah, dhahir dan batin.
Semoga di bulan Syawal ini akan lebih meningkat amalan ibadah kita.


Salam,Alfaqir Ahmad Syaikhuddin
Batam, 1 Syawal 1429 H/ 1 Oktober 2008
00.00 WIB.

Sabtu, September 27, 2008

Khutbah Idul Fitri: Ramadhan, untuk Esok yang Lebih Cerah

Materi khutbah saya pada Iedul Fitri 1429 H di Masjid Perum. Muka Kuning Indah II/ Genta II di Batuaji Batam. Tentang bagaimana membangun sikap optimisme.



Salam,Ahmad S


Khutbah Idul Fitri: Ramadhan, untuk Esok yang Lebih Cerah

Posted By Asfuri Bahri, Lc On 26 September 2008 @ 06:39 In Kajian | No Comments

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الله أكْبَرُ، الله أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ، الله أكْبَرُكَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله الله أكْبَرُ، الله أكْبَرُ وَلله الْحَمْدُ.

الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِ الأنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ.

dakwatuna.com - “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada tuhan selain Allah yang Maha Besar. Allah Maha Besar dan segala puji hanya milik Allah. Allah Maha Besar sebesar-besarnya, segela puji bagi-Nya sebanyak-banyaknya, Maha Suci Allah dari pagi hingga petang hari. Tiada tuhan selain Allah, sendiri. Yang benar janji-Nya, yang memberi kemenangan kepada hamba-Nya, yang memuliakan prajurit-Nya sendirian. Tiada tuhan selain Allah, dan kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, mengikhlaskan agama hanya kepada-Nya, walaupun orang-orang kafir membenci. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar, bagi Allah-lah segala puji.”

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…

Pada pagi hari ini kita menyaksikan ratusan juta manusia mengumandangkan takbir, tahlil, tasbih, dan tahmid. Semilyar mulut menggumamkan kebesaran, kesucian, dan pujian untuk Allah Subahanhu wa Ta’ala, sekian banyak pasang mata tertunduk di hadapan kemaha-besaran Allah Azza wa Jalla, sekian banyak hati diharu-biru oleh kecamuk rasa bangga, haru, bahagia dalam merayakan hari kemenangan besar ini. Sebuah kemenangan dalam pertempuran panjang dan melelahkan, bukan melawan musuh di medan laga, bukan melawan pasukan dalam pertempuran bersenjata. Namun, pertempuran melawan musuh-musuh yang ada di dalam diri kita, nafsu dan syahwat serta syetan yang cenderung ingin menjerumuskan kita. Ibnu Sirin berkata tentang sulitnya mengendalikan jiwa, “Aku tidak pernah mempunyai urusan yang lebih pelik ketimbang urusan jiwa.” Hasan Bashari berkata, “Binatang binal tidak lebih membutuhkan tali kekang ketimbang jiwamu.”

Kemenangan melawan hawa nafsu ini adalah inti kemenangan, inilah kemenangan terbesar, kemenangan utama yang akan melahirkan kemenangan-kemenangan lain dalam semua kancah kehidupan dunia yang kita arungi. Kita membutuhkan kemenangan seperti ini untuk memenangkan semua pertarungan yang kita hadapi dalam hidup ini. Betapa banyak perangkat-perangkat meteri kemenangan dikuasai oleh seseorang, kelompok, dan bangsa. Namun ternyata mereka harus menelan kekalahan dengan sederet perangkat materi itu. Mereka memiliki ilmu dan teknologi, senjata, perlengkapan, dan sarana lainnya, namun itu semua tidak berdaya di hadapan seseorang, kelompok, atau bangsa yang memiliki ketangguhan jiwa, kekuatan mental, dan kematangan pribadi.

كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 249).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Selama sebulan penuh kita berada dalam bulan suci, bulan penuh keberkahan dan nilai. Bulan yang mengantarkan kita kepada suasana batin yang sangat indah. Bulan yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan bagi kita kaum Muslimin. Bulan Ramadhan melatih kita untuk memberi perhatian kepada waktu, di mana banyak manusia yang tidak bisa menghargai dan memanfaatkan waktunya. Ramadhan melatih kita untuk selalu rindu kepada waktu-waktu shalat, yang barangkali di luar Ramadhan kita sering mengabaikan waktu-waktu shalat. Adzan berkumandang di samping kanan kiri telinga kita, namun kita tetap dengan segala kesibukan kita, tak tergerak bibir kita untuk menjawabnya apa lagi untuk memenuhi panggilan itu…

Dan kita membiarkan suara Muadzin itu memantul di tembok rumah dan kantor kita, lalu pergi bersama angin lalu.

Sedangkan pada bulan Ramadhan ini kita selalu menunggu suara adzan, minimal adzan Maghrib, kita tempel di rumah kita bahkan kita hapal jadwal Imsakiyyah…

Mudah-mudahan selepas Ramadhan ini rasa rindu kepada waktu shalat selalu kita pelihara. Waktu adalah kehidupan. Barangsiapa menyia-nyiakan waktunya berarti ia menyiakan-nyiakan hidupnya.

Ada survei tahun 1980 bahwa Jepang adalah negara pertama yang paling produktif dan evektif dalam menggunakan waktu, disusul Amerika dan Israel. Subhanallah, ternyata negara-negara itu kini menguasai dunia. Sebagai seorang muslim, mestinya kita menjadi orang yang paling disiplin dengan waktu kita. Al-Qur’an yang kita baca di bulan Ramadhan mengisyaratkan pentingnya waktu bagi kehidupan. Bahkan pada banyak ayat Allah bersumpah dengan waktu.

Maka jika kita ingin menjadi manusia yang terhormat di antara manusia lain dan bermartabat di sisi Allah, hendaknya kita isi waktu kita dengan hal-hal yang produktif, baik untuk kepentingan dunia atau akhirat kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Ramadhan juga melatih kita untuk memakmurkan tempat-tempat ibadah; masjid, mushalla, dan surau. Gegap gempita kita mendatangi rumah-rumah Allah ini, kita kerahkan anak istri kita untuk meramaikan tempat suci ini. Hingga ketika menyaksikan pemandangan indah ini seseorang sempat berkhayal, “Andai Ramadhan datang dua belas kali setahun.” Begitu indah pemandangan ini, suara pujian dan doa bersahut-sahutan dari pengeras suara di antara masjid-masjid. Alam serasa hanyut dalam tasbih dan istighfar.

Suasana ini perlu kita pertahankan selepas Ramadhan ini, kita perlu mengerahkan keluarga kita untuk memakmurkan masjid-masjid Allah. Sehingga kita layak mendapatkan janji Allah, bahwa,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ الله فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ….. وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسَاجِدِ

“Ada tujuh golongan manusia yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya di hari dimana tidak ada naungan selian naungan Allah….dan seseorang yang hatinya terikat dengan masjid.”

Ramadhan juga melatih kita untuk lebih mementingkan ketaatan kepada Allah dengan mengorbankan tenaga dan kepentingan kita, saat-saat kita masih lelah bekerja seharian, setelah sepanjang siang kita bertahan dengan rasa lapar dan dahaga, saat kita mestinya beristirahat dari kepenatan, namun, justru kita ruku’ dan sujud dalam shalat tarawih atau qiyamu Ramadhan dengan satu harapan, mudah-mudahan kita mendapatkan keridhaan Allah, itulah satu-satunya yang paling berharga dalam hidup kita selaku Muslim.

Semangat ini juga mestinya kita jaga setelah Ramadhan, kita perlu mempersembahkan apa yang kita miliki ini untuk meraih keridhaan Allah. Sejatinya, apa yang kita miliki saat ini hanya amanah dari Allah Ta’ala, apakah kita dapat menunaikannya atau tidak. Hendaknya keridhaan Allah itu menjadi tujuan kita, tidak ada desah nafas, mulut bergerak, tangan berayun, dan kaki melangkah kecuali kita harus mengirinya dengan satu pertanyaan, “Apakah dengan apa yang saya ucapkan dan saya lakukan ini saya akan mendapatkan ridha Allah.” Hingga dengan demikian serasilah apa yang sering kita ikrarkan,

إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam.”

Ramadhan juga melatih kita untuk mempunyai rasa solidaritas sesama manusia, dengan rasa lapar dan dahaga kita teringat akan nasib sebagian dari saudara-saudara kita yang kurang beruntung di dalam hidup ini, mereka setiap harinya dirongrong rasa lapar dan dahaga. Apalagi, rasa kemanusiaan semacam ini nyaris mulai sirna dewasa ini. Saat budaya hedonisme mulai menjangkiti manusia modern, dimana mereka hanya disibukkan oleh urusan pribadi, nafsi-nafsi, urusanku urusanku sendiri, silahkan urus urusanmu sendiri. Hal ini diakibatkan karena orientasi hidup manusia modern yang hanya memandang materi sebagai satu-satunya tujuan. Bahkan, terkadang untuk memenuhi ambisi kebendaannya seseorang rela menghalalkan segala cara.

Solidaritas semacam ini perlu kita pelihara dan kita aplikasikan dalam hubungan dengan sesama manusia dengan melakukan shiyam-shiyam sunnah, di mana Islam telah mensyariatkannya. Manusia modern perlu melakukan puasa untuk melatih kepekaan sosialnya, para pejabat perlu melakukan puasa sunnah untuk merasakan derita yang dialami sebagian besar bangsa ini. Sehingga, muncullah kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada masyarakat miskin. Atau, minimal dapat menurunkan gaya hidup kelas tinggi mereka di tengah bangsa yang menangis ini.

Kita menyambut adanya itikad baik dari pemimpin negeri ini untuk membudayakan hidup sederhana. Alangkah indahnya jika ajakan hidup sederhana ini diterapkan oleh semua pihak, terutama para pejabat, menteri, anggota dewan, dirjen-dirjen dan lain sebagainya. Ini akan menggurangi anggaran negara dan dapat dialokasikan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.

Bangsa ini masih terpuruk, rakyat masih menderita. Kemiskinan menjadi pemandangan utama di setiap sudut kota dan pelosok desa. Tidaklah pantas memamerkan kemewahan di hadapan mereka. Apalagi menggunakan fasilitas negara.

Zuhud, adalah sikap yang diajarkan Islam kepada kita dalam hidup ini. Az-Zuhri ditanya tentang makna zuhud dan dia menjawab, “Zuhud bukanlah pakaian yang kumal dan badan yang dekil. Zuhud adalah memalingkan diri dari syahwat dunia.” Orang mukmin boleh kaya dan berjaya, namun yang ada di hatinya hanyalah Allah semata. “Letakkan harta di tanganmu dan jangan letakkan di hatimu.” Demikian nasihat ulama.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Sungguh banyak pelatihan yang diberikan oleh Diklat Ramadhan kepada kita, itulah barangkali di antara hikmah disyariatkannya shiyam selama sebulan agar sebelas bulan sisanya kita lalu dengan menerapkan nilai-nilai Ramadhan. Agar suasana spiritual yang dilatih selama sebulan ini menjadi energi kita dalam mengarungi sebelas bulan berikutnya. Agar predikat takwa itu benar-benar terjaga dalam diri kita. Sebab ketakwaan itulah bekal hidup dan modal kita untuk menghadapi pengadilan Allah Azza wa Jalla.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ

“Dan berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya sebaik-baik kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.”

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Demikianlah Ramadhan telah memberikan banyak perubahan dalam diri kita. Mulai dari sikap, perilaku, dan paradigma dalam memandang hidup dan kehidupan ini. Mestinya ini semua menjadi bekal kita untuk melakukan perubahan-perubahan di masa depan, perubahan yang mengantarkan hidup kita ke arah yang lebih baik. Sebagai pribadi maupun bangsa.

Sungguh kehidupan yang kita lalui masih sulit, beban yang kita pikul semakin berat. Baik sebagai pribadi atau sebagai bangsa, kita sekarang belum juga bisa berkelit dari krisis multi dimensi yang cukup pelik. Pekerjaan kian sulit dicari, harga-harga masih membumbung tinggi, angka pengangguran masih tinggi, bencana alam, kejahatan meraja-lela. Demi sesuap nasi, nilai-nilai yang semestinya dijunjung dan dijaga tidak diindahkan lagi. Bahkan, nyawa yang begitu mahal dan berharga oleh semua agama dan ideologi, kini menjadi taruhan yang sangat murah. Dari layar TV dan media cetak kita sering menyaksikan peristiwa pembunuhan yang sungguh mendirikan bulu kuduk kita; seorang anak membantai ayahnya, suami mencincang istrinya, tetangga menghabisi tetangganya, saudara menggorok saudaranya, yang rata-rata motifnya sama, ekonomi.

Tidak ada bekal terbaik untuk menghadapi kondisi sulit ini selain ketakwaan. Barangkali semua orang sepakat bahwa kita semua harus bangkit untuk mengatasi semua kesulitan yang melanda kita dan bangsa kita dewasa ini. Untuk itu di hari yang fitri ini, di tengah kita merayakan kemenangan besar ini. Di mana kita baru saja selesai melakukan pelatihan selama sebulan penuh, di mana nuansa kesucian tengah kita rasakan saat ini, sehingga pikiran dan hati kita tengah mengalami pencerahan karena nilai-nilai ketakwaan. Marilah kita menatap hari esok dengan semangat berubah ke arah yang lebih baik dan penuh optimisme, dan memang seorang Mukmin, seorang Muttaqi, seorang yang bertakwa pantang kehilangan asa dalam kondisi apapun. Optimisme adalah harga mati jika kita ingin bangkit mengatasi berbagai kesulitan ini.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Ada beberapa variabel untuk membangun optimisme dalam diri kita.

Pertama, Husnudzan kepada Allah.

Husnudzan atau berprasangka baik kepada Allah ini harus kita kokohkan dalam diri kita. Kita sepakat bahwa tidak ada satu peristiwa yang terjadi selain dengan izin dan kehendak Allah, termasuk ujian dan kesulitan yang tengah kita hadapi. Dan seorang Mukmin selalu menghadapi semua ketentuan Allah itu dengan prasangka baik. Ia mempunyai prinsip bahwa apa yang menimpanya, itulah yang terbaik baginya menurut Allah. Oleh karena itu ia tidak menggerutu kepada Penciptanya, ia tidak memberontak karena keputusan Tuhannya, dan ia selalu menatap semua ujian itu dengan senyum. Ia yakin akan mendapatkan dua keuntungan dari ujian itu:

1. Diangkat dan dihapuskannya kesalahan dan dosa-dosanya

2. Dan tinggikan derajatnya di sisi Allah Azza wa Jalla

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ صَبَرَ فَلَهُ الصَّبْرُ وَمَنْ جَزِعَ فَلَهُ الْجَزَعُ

“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa bersabar ia mendapat (pahala) kesabarannya, dan barangsiapa gundah gulana, ia (tersiksa) karena kegundahannya.”

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh mengherankan urusan seorang Mukmin, semua urusannya berakibat baik baginya, dan itu tidak terjadi kepada selain orang-orang Mukmin, jika mendapatkan kebaikan ia bersyukur dan itu baik baginya. Dan jika mendapat bencana ia bersabar dan itu baik pula baginya.” (Muslim)

Husnudzan harus kita pelihara dalam diri kita. Allah tidak menghendaki dari hamba-Nya selain kebaikan, kalau tidak di dunia, di akhirat. Jangan sampai kita celaka di dunia dan di akhirat akibat prasangka buruk kita kepada Allah. Na’udzu billah, tsumma na’udzu billah.

Kedua, Tidak putus berdoa.

Doa merupakan senjata orang beriman, berdoa merupakan ibadah dan enggan berdoa merupakan kesombongan kepada Allah Azza wa Jalla.

Sebagai bangsa, kita ini mestinya sudah hancur berantakan, mestinya negara yang bernama Indonesia ini gulung tikar. Krisis ekonami yang berkepanjangan, krisis kepercayaan, moral, bom meledak di mana-mana, pemerintahan yang lemah, tekanan bahkan konspirasi untuk menghancurkan bangsa kita begitu kuat. Pertikaian dan peemusuhan antar suku, entis, dan antar agama, pertumbuhan ekonomi yang kian memburuk, hutang negara yang kian membumbung tinggi. Mestinya, semua itu cukup membuat kita, sebagai bangsa ambruk terkapar… akan tetapi kenyataannya tidak, apapun keadaannya, kita masih bisa berdiri tegak. Barangkali pihak-pihak yang menginginkan kehancuran negeri ini tak habis pikir, mengapa hingga saat ini kita masih bisa bertahan. Kita yakin seyakin-yakinya, itulah berkat doa yang dipanjatkan setiap muslim di negeri ini, bahkan di seluruh dunia, itu semua berkat ratusan juta pasang tangan yang selalu ditengadahkan ke langit, memohon kepada yang Maha Kuat dan Maha Perkasa, agar negeri ini dijauhkan dari kehancuran…

Ketiga, meneladani para nabi dan rasul.

Mereka adalah kekasih-kekasih Allah dan itu kita sepakat. Namun ujian Allah timpakan kepada mereka begitu dahsyat dan tak terperikan. Bahkan di antara mereka ada yang mendapatkan gelar Uluz Azmi karena keberhasilan mereka dalam mengarungi ujian berat. Dan mereka tidak pernah berputus asa kepada Allah Ta’ala.

Adalah nabiyullah Zakaria yang selalu merindukan anak, namun hingga di usianya yang mulai senja, si buah hati yang diidamkannya belum kunjung datang. Akan tetapi hal itu tidak membuatnya berputus asa dan kehilangan optimisme. Dengarkanlah Al-Quran menuturkan,

ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا(2)إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا(3)قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا(4)وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا(5)يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ ءَالِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا

(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariya, yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo`a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya`qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai”.(Maryam: 2-6)

Orang yang sudah tua renta, istrinya mandul…lalu mengharapkan mempunyai anak? Rasanya mustahil itu terjadi, rasanya harapannya akan tinggal harapan. Akan tetapi kekasih Allah tidak menyandarkan harapannya kepada sebab-sebab manusiawi, karena sebab-sebab itu merupakan kehendak Allah, Allah mampu menciptakan dari yang tiada menjadi ada. Apalagi dari yang sudah ada, walau usia renta dan istri mandul. Akhirnya Allah mendengar doanya dan melihat ketegarannya.

يَازَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَلْ لَهُ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا

“Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (Maryam: 7).

Itu pula yang dialami Ibrahim, Khalilullah.

Tidak ada yang mustahil bagi Allah, jika kita tetap berusaha dan berdoa.

Pada perang Khandaq, saat sepuluh ribu pasukan sekutu yang terdiri dari suku Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya mengepung Madinah. Sementara Rasulullah hanya didukung dua ribu pasukan dengan parit yang mengelilingi sebagian sisi kota. Sementara itu orang-orang Yahudi Quraidzah yang terikat perjanjian dengan kaum Muslimin untuk melindungi wilayah perbatasan kota Madinah, ternyata mereka membatalkan perjanjian dan bergabung dengan pasukan sekutu. Dan dengarlah sikap Rasulullah menghadapi kondisi genting ini,

اَللهُ أَكْبَرُ، أَبْشِرُوْا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ بِفَتْحِ اللهِ وَنَصْرِهِ…

“Allahu Akbar, bergembiralah wahai sekalian kaum Muslimin dengan kemenangan dari Allah dan pertolongan-Nya.”

Dan ternyata Allah memperhatikan optimisme hamba terbaik-Nya, dua ribu pasukan Muslim dapat mengalahkan sepuluh ribu pasukan sekutu plus orang-orang Yahudi Bani Quraidzah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Keempat, beramal dan bertawakkal.

Sebab Allah tidak menurunkan emas dari langit. Singsingkan lengan baju. Kita gunakan seluruh potensi yang Allah karuniakan kepada kita

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan katakanlah: “Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kamu kerjakan”. (At-Taubah:105).

Sebab tidak ada yang mengubah kita selain kita sendiri…

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ(11)

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-Radu: 11)

Akhirnya, dengan jiwa yang suci bersih bak seorang bayi yang baru lahir. Marilah kita tundukkan hati kita kepada kebesaran Allah, menengadah, mengharap akan karunia dan rahmat-Nya, untuk kita keluarga kita, kaum Muslimin, dan bangsa kita.

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِيءُ مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.

ألَّلهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَ مِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهَا جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَاناَ وَلاَ تَجْعَلِ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغِ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأمُوُرِ كُلِّهَا وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الأخِرَةِ

رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Article printed from dakwatuna.com: http://www.dakwatuna.com

URL to article: http://www.dakwatuna.com/2008/khutbah-idul-fitri-ramadhan-untuk-esok-yang-lebih-cerah/

Kamis, September 25, 2008

Mekkah Poros Dunia


Oleh: Tim dakwatuna.com

dakwatuna.com - Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Umat Islam Dunia mengatakan dalam sambutannya di acara muktamar “Makkah Poros Dunia”
yang diselenggarakan di Doha, Qatar 19/4/2008, perihal pentingnya
Mekkah Al Mukarramah, keutamaannya, kesuciannya dan kedudukannya di
mata umat Islam.
Beliau menegaskan
bahwa penetapan teori bahwa Mekkah merupakan poros bumi atau pusat
gravitasi bumi adalah penguatan dan penegasan akan potensi Islam,
sekaligus menguatkan kehormatan kaum muslimin, yaitu kehormatan karena
agamanya, umatnya dan peradabannya.
Kiblat Fenomena Kesatuan
Beliau mengisyaratkan sebagian karakteristik umat Islam, di antaranya adalah
umat pertengahan, umat yang seimbang, sebagaimana yang disebutkan dalam
Al Qur’an. Dan kemulyaan umat Islam dengan risalah Islam yang merupakan
penutup yang dibawa oleh Rasul kemanusiaan, Muhammad saw. Sekaligus
kemulyaan umat Islam dengan Kitab Sucinya yang tidak akan pernah
berubah atau tergantikan… Sebagaimana juga Allah swt menjadikan bagi
umat Islam sebaik-baik rumah yang dibangun untuk semua umat manusia di
muka bumi, yaitu Ka’bah Al Musyarrifah, yang merupakan kiblat kaum
muslimin di setiap zaman dan tempat.
Beliau menambahkan, bahwa kiblat umat Islam merupakan bagian terpenting dari fenomena
persatuan dan kesatuan umat Islam, yaitu ketika kaum muslimin baik di
Timur atau di Barat melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari. Karena
Allah swt. sesuai dengan kehendak-Nya sendiri memilih tempat-tempat,
zaman, manusia dan malaikat untuk dilebihkan atas yang lainnya.
Islam dan Ilmu Pengetahuan
Al Qaradhawi menambahkan bahwa Islam tidak memiliki beban atau permasalahan dengan
ilmu pengetahuan, terutama ketika ilmu pengetahuan dikaji dengan benar
sehingga mengantarkan kepada kesimpulan yang nyata secara ilmiyah dan
benar, karena kata beliau, Islam menggiatkan dan menerima dengan
terbuka ilmu pengetahuan dan hasil-hasil yang dicapai ilmu pengetahuan
itu.
Tidak ada benturan dan pertentangan antara Islam dan ilmu pengetahuan. Dan karena itu
Islam menerima secara terbuka semua ilmuwan yang mengkaji seputar Mekkah.
Beliau pada kesempatan itu mengucapkan terimakasih kepada panitia yang telah
menyiapkan kegiatan muktamar ini, guna menguatkan potensi Islam,
menguatkan rasa terhomat umat Islam dengan risalahnya, dengan agamanya,
dengan umatnya dan dengan peradabnya. Sebagaimana beliau mengucapkan
terimakasih kepada peserta yang terdiri dari para pakar dan cendekiawan
yang menghadiri kegiatan ini, karena dorongan ilmu pengetahuan yang
mereka miliki. Beliau juga mengharapkan semoga kegiatan ini membawa
kebaikan bagi umat semua.

Jam Mekkah
Dalam kegiatan muktamar itu salah seorang ilmuwan bernama Yasin As Syauk,
kelahiran Palestina, berkebangsaan Perancis, mempresentasikan dengan
detail penemuannya ”Jam Mekkah” yang menegaskan dengan nyata
bahwa Mekkah merupakan poros bumi, dan karenanya Mekkah berhak
dijadikan patokan waktu dunia yang benar, menggantikan pemakaian waktu
greenwich -London-. Asy Syauk mengatakan, ”Jam yang ditemukannya ini menyatukan kiblat dari segala tempat di dunia. Jarum jam ini berputar dari kiri ke kanan, sebagimana pergerakan ini juga selaras dengan pergerakan alami alam mayapada ini.
Seperti pergerakan bintang-bintang dan segala yang mengorbit di sekitar
matahari, sebagaimana pergerakan aliran darah di tubuh manusia.
Beliau menambahkan, bahwa kisah penemuan ”Jam Mekkah” diilhami dari banyaknya kaum muslimin yang tidak bisa menentukan arah kiblat ketika mereka bepergian atau di saat mereka mulai mukim di berbagai tempat yang berbeda di dunia. Maka beliau mengkaji ulang teori-teori geografi ilmuwan-ilmuwan sebelumnya, yang melihat dan
mengatakan bahwa Mekkah adalah pusat bumi yang bulat, dengan berpegang
argumentasi peristiwa-peristiwa peta geografi, peta “masahat” dan peta Mekkah Al Mukarramah. Rekomendasi Muktamar
Para nara sumber dalam kegiatan ini –mereka notabene ilmuwan agama dan ilmuwan
akademik yang spesialisasi keilmuannya tentang ilmu bumi- memaparkan
sebagian bukti-bukti dan dalil-dalil ilmiyah yang menguatkan kebenaran
teori bahwa Mekkah merupakan poros bumi, dengan mengacu pada penemuan
”Jam Mekkah” yang bisa menyatukan kiblat di manapun berada di dunia
ini. Sebagimana mereka menguatkan dengan dalil Al Qur’an dan As Sunnah,
yang mengungkapkan kemulyaan dan kelebihan Makkah al Mukarramah, di
mana Al Qur’an menyebutnya dengan istilah ”Ummul Qura”.
Para peserta muktamar merekomendasikan mendesaknya sosialisasi pemikiran
menjadikan waktu Mekkah sebagai waktu bagi semua negara Arab. Karena
kita adalah penduduk Mekkah, sehingga ”Jam Mekkah” lebih
berhak untuk kita jadikan waktu kita dari pada waktu greenwich, yang
secara ilmiyah waktu greenwich tidak benar dan tidak berdasar sama sekali.
Sebagaimana mereka meminta dengan penemuan ”Jam Mekkah”
ini menjadi jalan dan kesempatan untuk mengembalikan orisinilitas
pengetahuan sesuai jalur yang benar. Karena kita telah terperosok pada
cara berpikir Barat yang telah mencekoki pemikiran, metodologi, dan
keyakinan kita.
”Jam Mekkah” menjadi sarana efektif bagi pelurusan ilmu pengetahuan yang keliru selama ini. (yq/ut)
http://www.dakwatuna.com/2008/mekkah-poros-dunia/#comment-8661

Rabu, September 24, 2008

Ramadhan yang ke 24 di 1429 H

Hari ini Ramadhan yang ke 24 malam yg ke 25. Apa yang sudah kita lakukan untuk memaksimalkan tuk dapatkan taburan pahala di bulan mulia ini. Akankah ramadhan ini akan sama dengan ramadhan tahun kemarin? ataukah mungkin lebih buruk dari ramadhan kemarin???

Allahu rabbanna....A'inna 'alaa dzikrika wasyukrika wa husna 'ibadatika..Ya Arhamarrahimiinnn....

Fiqh I'tikaf

Fiqh I'tikaf

Oleh: Ahmad Sahal Hasan, Lc


dakwatuna.com - Dalam tinjauan bahasa Arab, al-i'tikaf bermakna
al-ihtibas (tertahan) dan al-muqam (menetap)[1].

Sedangkan definisinya menurut para fuqaha adalah:

Menetap di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.[2]

Atau:

Menetap di masjid untuk taat dan melaksanakan ibadah kepada Allah
saja, serta meninggalkan berbagai kesibukan dunia.[3]

Hukum dan Dalil Disyariatkannya I'tikaf

Hukumnya sunnah, dan sunnah muakkadah di sepuluh hari terakhir
Ramadhan.[4] I'tikaf menjadi wajib jika seseorang telah bernadzar
untuk melakukannya.

Dalil-dalilnya:

Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah
rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan
yang sujud". (Al-Baqarah (2): 125).

Dari Abu Hurairah ra ia berkata: Nabi Muhammad saw selalu i'tikaf
setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Dan pada tahun wafatnya,
beliau i'tikaf selama dua puluh hari. (HR. Bukhari).

Aisyah ra berkata: Rasulullah saw melakukan i'tikaf di sepuluh hari
terakhir (bulan Ramadhan) sampai Allah mewafatkan beliau. Kemudian
para istrinya melakukan i'tikaf sepeninggal beliau. (HR. Bukhari dan
Muslim)

Para ulama sepakat bahwa i'tikaf seorang istri harus seizin suaminya.

Tujuan dan Manfaat I'tikaf

Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa tujuan disyariatkannya i'tikaf adalah
agar hati terfokus kepada Allah saja, terputus dari berbagai kesibukan
kepada selain-Nya, sehingga yang mendominasi hati hanyalah cinta
kepada Allah, berdzikir kepada-Nya, semangat menggapai kemuliaan
ukhrawi dan ketenangan hati sepenuhnya hanya bersama Allah swt.
Tentunya tujuan ini akan lebih mudah dicapai ketika seorang hamba
melakukannya dalam keadaan berpuasa, oleh karena itu i'tikaf sangat
dianjurkan pada bulan Ramadhan khususnya di sepuluh hari terakhir.[5]

Adapun manfaat i'tikaf di antaranya adalah:

1. Terbiasa melakukan shalat lima waktu berjamaah tepat waktu.
2. Terlatih meninggalkan kesibukan dunia demi memenuhi panggilan Allah.
3. Terlatih untuk meninggalkan kesenangan jasmani sehingga hati
bertambah khusyu' dalam beribadah kepada Allah swt.
4. Terbiasa meluangkan waktu untuk berdoa, membaca Al-Quran,
berdzikir, qiyamullail, dan ibadah lainnya dengan kualitas dan
kuantitas yang baik.
5. Terlatih meninggalkan hal-hal yang tidak berguna bagi
penghambaannya kepada Allah swt.
6. Memperbesar kemungkinan meraih lailatul qadar.
7. Waktu i'tikaf adalah waktu yang tepat untuk melakukan muhasabah
dan bertaubat kepada Allah swt.

Rukun I'tikaf

Rukun i'tikaf ada empat[6] :

1. Mu'takif (orang yang beri'tikaf) ((المُعْتَكِفُ
2. Niat (النِّيَّة)ُ
3. Menetap (اللُّبْثُ). Tidak ada batasan minimal yang disebutkan
oleh Al-Quran maupun Hadits tentang lamanya menetap di masjid. Namun
untuk i'tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan waktu i'tikaf yang
ideal dimulai pada saat maghrib malam ke-21 sampai maghrib malam
takbiran.
4. Tempat i'tikaf (المُعْتَكَفُ فِيهِ)

Syarat I'tikaf

1. Syarat yang terkait dengan mu'takif : beragama Islam, berakal
sehat, mampu membedakan perbuatan baik dan buruk (mumayyiz), suci dari
hadats besar (tidak junub, haid, atau nifas).
2. Syarat yang terkait dengan tempat i'tikaf : masjid yang
dilakukan shalat Jumat dan shalat berjamaah lima waktu di dalamnya
agar mu'takif tidak keluar dari tempat i'tikafnya untuk keperluan
tersebut.

Yang Membatalkan I'tikaf

1. Kehilangan salah satu syarat i'tikaf yang terkait dengan mu'takif.
2. Berhubungan suami istri sebagaimana firman Allah swt:

Janganlah kamu campuri mereka (istri-istrimu) itu, sedang kamu
beri'tikaf dalam masjid. (Al-Baqarah (2): 187)
3. Keluar dengan seluruh badan dari tempat i'tikaf, kecuali untuk
memenuhi hajat (makan, minum, dan buang air jika tidak dapat dilakukan
di lingkungan masjid).

Mengeluarkan sebagian anggota badan dari tempat i'tikaf tidak
membatalkan i'tikaf sesuai dengan ungkapan 'Aisyah ra:

Nabi Muhammad saw mengeluarkan kepalanya dari masjid (ke ruangan
rumahnya) saat beliau i'tikaf lalu aku mencucinya sedang aku dalam
keadaan haid. (HR. Bukhari).

Adab atau hal yang harus diperhatikan oleh Mu'takif

1. Selalu menghadirkan keagungan Allah di dalam hati sehingga
niatnya terus terjaga.
2. Menyibukkan diri dengan amal yang dapat mencapai tujuan i'tikaf.
3. Bersahaja dan tidak berlebihan dalam melakukan perbuatan mubah
seperti makan, minum, berbicara, tidur dan hal-hal lain yang biasa
dilakukan di luar masjid.
4. Menjauhi amal perbuatan yang dapat merusak tujuan i'tikaf
seperti pembicaraan tentang materi (jual beli, kekayaan dan
lain-lain).
5. Memelihara kebersihan diri dan tempat i'tikaf serta menjaga
ketertiban dan keteraturan dalam segala hal.
6. Tidak melalaikan kewajiban yang tidak dapat ditunda
pelaksanaannya, seperti nafkah untuk keluarga, menolong orang yang
terancam keselamatannya, dan lain-lain. Wallahu'alam

Catatan Kaki:

[1] At-Ta'rifat karya 'Ali bin Muhammad bin 'Ali Asy-Syarif Al-Husaini
Al-Jurjani atau sering disebut dengan Al-Jurjani.

[2] Mu'jam Lughah Al-Fuqaha karya Muhammad Rawwas Qal'ah Ji 1/76.

[3] http://syrcafe.com/vb/t14459.html

[4] Sunnah muakkadah ialah sunnah yang sangat dianjurkan karena hampir
tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah saw.

[5] Zadul Ma'ad 2/82.

[6] Raudhah At-Thalibin wa 'Umdah Al-Muftin karya Imam An-Nawawi: 1/281.

http://www.dakwatuna.com/2008/fiqh-itikaf/

Senin, September 22, 2008

HAJI dan UMRAH murah. MAU???

Kiriman dari seorang kawan di milist. Tulisan ringkas dan menarik, mengingatkan kita yg kadang terlupa dengan taburan pahala di bulan yang mulia.

Salam,Alfaqir Ahmad

Klo anda termasuk yg i'tikafnya itu nginep mulai magrib ampe shubuh bsk
paginya... sebaiknya jangan langsung pulang abis shubuh...
Haji dan umrah dulu, baru pulang.

Haji dan umrah? Gimana caranya?
Saya tdk sedang ingin menawarkan "pintu ke mana saja"nya doraemon.. ^^;
Tapi ada ibadah yg bisa mengantarkan kita kepada pahala haji dan umrah semmmpurna, walaupun tdk ke tanah suci.

Caranya,
abis sholat shubuh berjamaah di mesjid, lakukanlah aktifitas yg
mengingatkan pd Allah sembari menunggu waktu dhuha (ada ustadz bilang
skitar 15 menit stelah matahari terbit), setelah itu sholat 2 rakaat...
setelah itu, terserah anda :)

1.
Barangsiapa yang shalat shubuh dengan jama'ah kemudian duduk dalam
rangka mengingat kepada Allah sampai terbitnya matahari, kemudian
shalat dua raka'at maka baginya pahala seperti pahala haji dan umrah,
Rasulullah Shallallahu wassalam bersabda: (pahalanya) sempurna,
sempurna, sempurna. (HR. at-Tirmidzi, dihasankan Syaikh al-Albani)

2.
Dari Abdullah bin Ghabir, bahwa Umamah dan 'Utaibah bin Abd
radhiallahu'

anhuma menceritakan kepadannya dari Rasulullah
Shallallahu'alahi wassalam, barangsiapa yang shalat shubuh dengan
berjama'ah kemudian berdiam diri (berdzikir) sampai waktu dhuha
(matahari sudah mulai meninggi) maka baginya pahala seperti haji dan
umrah secara sempurna. (HR. ath-Thabrani, dihasankan Syaikh al-Albani)

3.
Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjama'ah kemudian duduk
dalam rangka mengingat kepada Allah sampai terbitnya matahari kemudian
shalat dua raka'at maka ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan
umrah. (HR. at-Thabrani, dihasankan Syaikh al-Albani)

Twentu saja, kewajiban haji bagi yg mampu tdk hilang dg amal di atas lho... :D

Syaikhul_Muqorrobin@KL
http://muqorrobin.multiply.com

Jumat, September 19, 2008

I'TIKAF dan ADABNYA

Secara harfiyah, I’tikaf adalah tinggal di suatu tempat untuk melakukan sesuatu yang baik. Dengan demikian, I’tikaf adalah tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah Swt. Penggunaan kata ‘’tikaf di dalam Al-Qur’an terdapat pada firman Allah Swt yang artinya: Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf di dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka bertaqwa (QS 2:187).

Ayat lain yang menyebutkan kata I’tikaf dan ini dikaitkan dengan keharusan membersihkan masjid yang menjadi tempat I’tikaf adalah firman Allah yang artinya: Dan ingatlah ketika Kami menjadikan rumah itu (baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, I’tikaf, ruku dan sujud” (QS 2:125).

Di dalam Islam, seseorang bisa beri’tikaf di masjid kapan saja, namun dalam konteks bulan Ramadhan, maka dalam kehidupan Rasulullah Saw, I’tikaf itu dilakukan selama sepuluh hari terakhir. Diantara rangkaian ibadah-ibadah dalam bulan suci ramadhan yang sangat dipelihara sekaligus diperintahkan ( dianjurkan ) oleh Rasulullah SAW adalah I’tikaf. I;tikaf merupakan sarana muhasabah dan kontemplasi yang efektif bagi muslim dalam memelihara dan meniingkatkan keislamannya, khususnya dalam era globalisasi, materialisasi dan informasi kontemporer

Hukum I’tikaf

Para Ulama telah berijma’ bahwa I’tikaf khususnya 10 hari terakhir bulan Ramadhan merupakan suatu ibadah yang disyariatkan dan disunnahkan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sendiri senantiasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari . A’isyah, Ibnu Umar dan Anas ra meriwayatkan: “ adalah Rasulullah SAW beri’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan “ (HR. Bukhori dan Muslim)

Hal ini dilakukan oleh beliau hingga wafat, bahkan pada tahun wafatnya beliau beri’tikaf selama 20 hari. Demikian pula halnya dengan para shahabat dan istri Rasulullah Saw senantiasa melaksanakan ibadah yang amat agung ini. Imam Ahmad berkata: “Sepengetahuan saya tak seorangpun ulama mengatakan I’tikaf bukan sunnat”.

Keutamaan Dan Tujuan I’tikaf

Abu Daud pernah bertanya kepada Imam Ahmad: Tahukah anda hadits yangmenunjukkan keutamaan I’tikaf? Ahmad Menjawab: tidak kecuali hadits lemah.Namun demikian tidaklah mengurangi nilai ibadah I’tikaf itu sendiri sebagai taqorrub kepada Allah SWT. Dan cukuplah keutamaannya bahwa Rasulullah, para Shahabat, para Istri Rasulullah SAW dan para ulama salafusholeh senantiasa melakukan ibadah ini.

I’tikaf disyariatkan dalam rangka mensucikan hati dengan berkonsentrasi semaksimal mungkin dalam beribadah dan bertaqorrub kepada Allah pada waktu yang terbatas tetapi teramat tinggi nilainya. Jauh dari rutinitas kehidupan dunia, dengan berserah diri sepenuhnya kepada Sang Kholik ( Pencipta ). Bermunajat sambil berdo’a dan beristighfar kepadaNya sehingga saat kembali lagi dalam aktivitas keseharian dapat dijalani secara lebih berkualitas dan berarti.

Ibnu Qoyyim berkata : I’tikaf disyariatkan dengan tujuan agar hati beri’tikaf dan bersimpuh dihadapan Allah, berkhalwat denganNya, serta memutuskan hubungan sementara dengan sesama makhluk dan berkonsentrasi sepenuhnya kepada Allah.

Macam-Macam I’tikaf

I’tikaf yang di syari’atkan ada dua macam :

    1. I’tikaf sunnah yaitu I’tikaf yang dilakukan secara sukarela semata-mata untuk bertaqorrub kepada Allah seperti I’tikaf 10 hari terakhir Ramadhan.
    1. I’tikaf wajib yaitu yang didahului dengan Nadzar (janji), seperti: “Kalau Allah SWT menyembuhkan sakitku ini, maka aku akan beri’tikaf di masjid selama tiga hari“, maka I’tikaf tiga hari itu menjadi wajib hukumnya.

Waktu I’tikaf

Untuk I’tikaf wajib tergantung pada berapa lama waktu yang dinadzarkan, sedangkan I’tikaf sunnah tidak ada batasan waktu tertentu. Kapan saja pada malam atau siang hari, waktunya bisa lama dan juga bisa singkat, minimal dalam madzhab Hanafi: sekejap tanpa batas waktu tertentu, sekedar berdiam diri dengan niat. Atau dalam madzhab Syafi’I; sesaat, sejenak (yang dikatakan berdiam diri ), dan dalam madzhab Hambali, satu jam saja.

Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tadi, waktu I’tikaf yang paling afdhal pada bulan Ramadhan ialah sebagaimana dipraktekkan langsung oleh Baginda Nabi SAW yaitu 10 hari terakhir bula Ramadhan.

Syarat-Syarat I’tikaf

Orang yang I’tikaf harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

  1. Muslim
  2. Ber-akal
  3. Suci dari janabah (junub), haidh dan nifas

Oleh karena itu I’tikaf tidak sah dilakukan oleh orang kafir, anak yang belum mumaiyiz (mampu mebedakan), orang junub, wanita haidh dan nifas.

Rukun I’tikaf

  1. Niat yang ikhlas, hal ini karena semua amal sangat tergantung pada niatnya.
  2. Berdiam di masjid (QS Al-Baqoroh : 187)

Disini ada dua pendapat ulama tentang Masjid tempat I’tikaf . Imam Malik membolehkan I’tikaf disetiap Masjid Sedangkan ulama Hanabilah mensyaratkan agar I’tikaf itu dilaksanakan di masjid yang dipakai untuk shalat jama’ah dan atau shalat jum’at, sehingga orang yang I’tikaf dapat selalu melaksanakan shalat jama’ah dan tidak perlu meninggalkan tempat I’tikafnya menuju masjid lain untuk shalat jum’at. Pendapat ini dikuatkan oleh para ulama Syafi’iyah bahwa yang afdhol yaitu I’tikaf di Masjid jami’, karena Rasulullah SAW I’tikaf di Masjid jami’. Lebih afdhol lagi bila dilaksanakan di salah satu dari tiga masjid; masjid al-Haram, masjid Nabawi atau masjid Aqsho.

Awal Dan Akhir I’tikaf

Bagi yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW denga beri’tikaf selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan, maka waktunya dimulai sebelum terbenam matahari malam ke-21 sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “Barangsiapa yang ingin I’tikaf dengan aku, hendaklah ia I’tikaf pada 10 hari terakhir”.

Adapun waktu keluarnya atau berakhirnya, yaitu setelah terbenam matahari pada hari terakhir bulan Ramadhan. Akan tetapi beberapa kalangan ulama mengatakan yang lebih mustahab (disenangi) adalah menunggu sampai akan dilaksanakannya shalat ied.

Hal-Hal Yang Disunnahkan Waktu I’tikaf

Disunnahkan bagi orang yang beri’tikaf untuk memperbanyak ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT, seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar, shalawat kepada Nabi Saw, do’a dan sebagainya. Namun demikian yang menjadi prioritas utama adalah ibadah – ibadah mahdhah. Bahkan sebagian ulama seperti Imam Malik, meninggalkan segala aktivitas ilmiah lainnya dan berkosentrasi penuh pada ibadah – ibadah mahdhah.

Dalam upaya memperkokoh keislaman dan ketaqwaan, diperlukan bimbingan dari orang-orang yang ahli, karenanya dalam memanfaatkan momentum I’tikaf bisa dibenarkan melakukan berbagai kajian keislaman yang mengarahkan para peserta I’tikaf untuk membersihkan diri dari segala dosa dan sifat tercela serta menjalani kehidupan sesudah I’tikaf secara lebih baik sebagaimana yang ditentukan Allah Swt dan Rasul-Nya.

Hal-Hal Yang Diperbolehkan.

Orang yang beri’tikaf bukan berarti hanya berdiam diri di masjid untuk menjalankan peribadatan secara khusus, ada beberapa hal yang dibolehkan:

  1. Keluar dari tempat I’tikaf untuk mengantar istri, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap istrinya Shofiyah ra. (HR. Bukhori Muslim).
  2. Menyisir atau mencukur rambut, memotong kuku, membersihkan tubuh dari kotoran dan bau badan.
  3. Keluar ke tempat yang memang amat diperlukan seperti untuk buang air besar dan kecil, makan, minum, (jika tidak ada yang mengantarkan), dan segala sesuatu yang tidak mungkin dilakukan di masjid. Tetapi ia harus segera kembali setelah menyelesaikan keperluannya.
  4. Makan, minum dan tidur di masjid dengan senantiasa menjaga kesucian dan kebersihan masjid

Hal-Hal Yang Membatalkan I’tikaf

1. Meninggalkan masjid dengan sengaja tanpa keperluan, meski sebentar, karena meninggalkan meninggalkan masjid berarti mengabaikan salah satu rukun I’tikaf yaitu berdiam di masjid.

2. Murtad (keluar dari agama Islam).

3. Hilang Akal, karena gila atau mabuk

4. Haidh.

5. Nifas.

6. Berjima’(bersetubuh dengan istri), tetapi memegang tanpa nafsu (syahwat), tidak apa-apa sebagaimana yang dilakukan Nabi dengan Istri-istrinya.
7. Pergi shalat Jum’at (bagi mereka yang membolehkan I’tikaf di mushalla yang tidak dipakai shalat jum’at)

I’tikaf Bagi Muslimah

Sebagaimana disunnahkan bagi pria, i’tikaf juga disunnahkan bagi wanita. Sebagaimana istri Rasulullah Saw juga melakukan I’tikaf, tetapi selain syarat-syarat yang disebutkan diatas, I’tikaf bagi kaum wanita harus memenuhi syarat-syarat sbb:

  1. Mendapatkan persetujuan (ridho) suami atau orang tua. Dan apabila suami telah mengizinkan istrinya untuk I’tikaf, maka ia tidak dibolehkan menarik kembali persetujuan itu.

  1. Agar tempat dan pelaksanaan I’tikaf wanita memenuhi tujuan umum syari’at . Kita telah mengetahui bahwa salah satu rukun atau syari’at I’tikat adalah berdiam di masjid. Untuk kaum wanita, ulama sedikit berbeda pendapat tentang masjid yang dipakai wanita untuk beri’tikaf. Tetapi yang lebih afdhol –wallahu a’lam- ialah I’tikaf di masjid (tempat shalat) di rumahnya. Manakala wanita mendapatkan manfaat dari I’tikaf di masjid, tidak masalah bila ia melakukannya.

Demikian adab i‘tikaf yang menjadi panduan praktis, semoga pada Ramadhan tahun ini, kita dapat menghidupkan kembali sunnah I’tikaf sebagai bekal kita meraih nilai taqwa yang maksimal.

I’tikaf dan kekuatan jiwa

H.Abdul Rahman,Lc.

Dalam perjalanan kehidupan ini manusia selalu membutuhkan dua hal,pertama: Evaluasi diri untuk melihat sudah sejauhmana perjalanannya dan seperti apa harapan-harapan yang telah dicapainya,yang kedua: mendapatkan energi untuk melanjutkan perjalanan dan harapan-harapan yang belum dapat dicapainya. Kedua kebutuhan ini – Evaluasi diri dan mendapatkan energi- akan dapat kita penuhi ketika kita melakukan sebuah aktifitas dalam bentuk I’tikaf di Masjid. Inilah Rahasia mengapa I’tikaf menjadi sebuah aktifitas yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasul saw sejak pertama kali disyariatkan puasa hingga beliau wafat. Maka dalam rangkaian ayat-ayat amaliah puasa yang Allah sebutkan dari ayat 183 – 187 dalam surah Al-Baqarah,I’tikaf menjadi salah satu amal yang prioritas untuk dilakukan selama Ramadhan.

Dalam kaitan fungsi evaluasi diri,sesungguhnya waktu I’tikaf adalah moment yang sangat tepat untuk kembali merekonstruksi perjalanan hidup kita untuk satu tahun kedepan,karena disaat inilah kita terlepas dari segala aktifitas dunia dan konsentrasi melakukan ibadah dan perenungan-perenungan perjalanan hidup , karena antara aktifitas taqarub kepada Allah dan perenungan-perenungan diri ada kaitan yang sangat erat , yaitu bahwa manusia ketika melakukan ibadah yang intens akan memiliki kelembutan jiwa dan ketika jiwanya lembut maka dia akan lebih mudah untuk menyadari kondisi dirinya dan melakukan perbaikan atas kekurangan dan kesalahan-kesalahannya selama ini , inilah yang telah di isyaratkan oleh Allah swt “Wahai orang-orang beriman.!bertaqwallah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah dipersiapkan untuk hari esok(akherat),dan bertaqwalah kepada Allah,sungguh Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Hasyr (59):18)

Dan dalam kaitan mendapatkan energi,I’tikaf merupakan waktu yang penuh dengan hari dan malam yang istimewa karena di malam-malam dan hari-hari ini orang yang melakukan I’tikaf akan memiliki intensitas ibadah yang luar biasa,dalam bentuk istigfar,tasbih,tahmid tilawah dan berbagai macam ketaatan yang lain dan ini merupakan modal energi dan kekuatan yang sangat luar biasa , karena aktifitas ini akan berpengaruh kepada penambahan kekuatan dan energi dari Allah SWT. "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa."
(QS Huud:52).

I’tikaf dan lailatul Qadar

Dalam bahasan para Ulama salah satu alasan mengapa Rasul saw dan para shahabat begitu sangat semangat dan antusias melakukan I’tikaf , yaitu dalam rangka meraih Lailatul Qadar. Karena kaitan antara I’tikaf dan lailatul qadar begitu sangat erat dari sudut pandang anugerah dan waktu. Dari sudut anugerah lailatul qadar merupakan sesuatu yang berharga yang harus diraih dan didapatkan, dari sudut waktu lailatul qadar merupakan moment yang harus diisi karena malam itu malam yang diistimewakan dari malam-malam yang lain. Diantara anugrah besar yang Allah swt berikan kepada kaum muslimin pada malam itu adalah anugerah penentuan taqdir-taqdir manusia untuk satu tahun kedepan (Tafsir Ibnu Katsir Juz 4 hal 137-138),Allah swt berfirman “Sesungguhnya kami menurunkan Al-Quran pada malam yang diberkahi,sungguh Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan dengan penuh hikmah”(QS.Ad-Dukhon:3-4). Tentunya akan sangat berbeda penentuan taqdir Allah swt kepada orang-orang yang pada malam tersebut mengisi waktunya dengan taqarrub dan ketaatan dengan orang yang disibukan dengan dunia , Allah swt pasti lebih suka orang yang beribadah dari pada orang yang lalai dan bermaksiat kepadanya pada saat DIA menentukan taqdir-taqdir-Nya.

Material dan Spritual

Permohonan dan munajat yang diajarkan oleh Baginda Rasul yang harus kita perbanyak adalah permohonan yang bersifat spiritual berupa pencerahan jiwa bukan sesuatu yang material-harta,jabatan dan hal-hal duniawi lainnya-,karena terlalu sederhana apabila kita hanya mengharapkan berkah yang bersifat material. Untuk itu ketika Ummul Mu’minin Aisyah ra, bertanya kepada Rasul saw apa yang harus dibaca apabila mendapatkan Lailatul Qadar? Maka Rasul saw menjawab : bacalah “ Allahumma innaka afuwun tuhibbul afwa fa’fu ‘anni” artinya “Ya Allah Engkau Pemberi ampun dan maaf maka ampuni dan maafkanlah aku”(HR.Imam Ahmad,Turmudzi dan Ibnu Majah). Ketika seseorang mendapatkan ampunan maka ia akan mendapatkan kejernihan dan pencerahan jiwa,hal inilah yang akan melahirkan jiwa-jiwa yang sensitive yang selalu mengevaluasi diri dan meraih energi-energi dari Allah swt. Selamat mendapatkan!. Wallahu A’lam.


H.Abdul Rahman,Lc.
Ketua MPW PKS Prop.KEPRI.

Rabu, September 17, 2008

MIGRAN

Baru kemarin ini saya terserang migran yang luar biasa. Ya sakit kepala tapi cuman separoh ato seperempat di bagian yang kanan. Mata kanan seperti mau lepas. Tidak biasanya saya terserang penyakit yang demikian. Apalagi pas waktu puasa. Hampir-hampir saja saya membatalkan puasa karena selain migran, perut terasa sangat mual dan mau muntah. Alhamdulillah, anak saya yang terbesar (6 tahunan) sudah pulang dari sekolah di SD HidayatuLLah. Saya minta bantuannya untuk kerokan dengan minyak kapak di sekitar punggung dan leher, dan alhamdulillah cukup berkurang.

Sore di kantor, saya jumpa dengan salah satu ikhwah Akh mukhlis yang sehari-hari sering ke kantor dan ahli bekam langganan saya. Iseng-iseng ba'da ashar, dan mengcancel jadwal ceramah di radio, saya minta di bekam oleh beliau. Termasuk bekam kepala sehingga kalau di lihat saat ini, di tengah kepala saya ada bulatan tanpa rambut dan kalau di raba akan membuat geli :-). Ya, karena bekam kepala memang harus menghilang rambut selebar kop bekam sampai nampak kulit kepala. dan sampai sekarang belum sempat untuk mencukurnya.
Sekarang alhamdulillah setelah di kiropraktik oleh akh mukhlis selesai bekam, badan dan migran saya sudah tidak terasa lagi. Kata beliau jangan biasakan tidur pagi. Benar juga memang kadang-kadang saya sering tidur pagi. Cuman masalahnya kalau saya tidak tidur pagi kapan lagi?. Seperti tadi malam saya tidak bisa tidur sama sekali kecuali setelah makan sahur. Itupun hanya sebentar dan kurang nyenyak. Sebenarnya kebiasaan saya tidur cukup 5 jam-an sudah membuat badan segar.
Ada kejadian yang cukup menegangkan, ketika kami malamnya ba'da maghrib dengan akh sudiyono (staf di DPW juga), mau mencari makan untuk berbuka di Puti Bungsu. Hampir saja, Odisiy yang di setir oleh Akh mukhlis menabrak ibu-ibu yang menyebreang dengan sembarangan tanpa melihat kaca spion dulu. Terpaksalah velg mobil depan kanan menjadi korban, tapi tetap lebih baik daripada ibu tadi yang menjadi korban. Mencari mudharat yang lebih kecil di antara mudharat yang ada kalo kata kaidah ushul fiqh.

Salam untuk semua saudara seiman. Mohon doakan saya supaya Ramadhan ini lebih baik dari Ramadhan kemarin. Dan di berikan Allah kekuatan untuk beribadah dengan ikhlas kepadaNya. Bukankah do'a seorang al akh tanpa sepengetahuan alakh yang di doakan akan sangat di dengar Allah?

Allahumma a'inni aala dzikrika wasyukrika wa husni ibadatika.

Salam,Alfaqir Ahmad

MERAIH CINTA ALLAH DENGAN AL-QURAN

MERAIH CINTA ALLAH DENGAN AL-QURAN

Ramadan merupakan bulan yang Allah sediakan untuk mendapatkan cinta Allah swt,

Diantara sebab-sebab untuk mendapatkan cinta Allah,adalah dengan jalan membaca Al-Quran dengan khusu’,penuh penghayatan dan pemahaman. Para Ulama salaf relah mencontohkan hal tsb dalam interaksi mereka dengan Al-Quran. Bahkan mereka bersentuhan bagaikan menerima surat dari sang kekasih yang dirindukan. Al-Hasan bin Ali berkata “Bahwa generasi sebelum kalian,telah melihat al-quran sebagai risalah-risalah dari tuhan mereka,yang kemudian mereka renungi diwaktu malam,lalu mereka merasa kehilangan diwaktu siang”.

Al-Quran bukti pemuliaan Allah kepada manusia.

Al-Quran merupakan bentuk pemuliaan yang Allah SWT berikan kepada manusia yang tidak Allah bereikan kepada selain manusia. Hal itu sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Ibnu Shalah “Membaca Al-Quran kemuliaan,dengan kemuliaan itu Allah hendak memuliakan manusia.bahkan malaikat pun tidak pernah diberikan pemuliaan semacam itu,malah mereka justru selalu berusaha mendengerkan dari bacaan manusia”.

Cintailah Al-Quran.

Maka konsekwensi dari itu adalah kita harus berusaha mencintai Al-Quran dengan berusaha berinteraksi dengannya seoptimal mungkin,karena seseorang yang mencintai Al-Quran pada hakekatnya dia telah mencintai Allah karena sifat Allah ada didalamnya,dan juga ia telah mencintai Rasulullah karena beliaulah yang telah menyampaikannya. Abdullah Ibnu Mas’ud ra berkata “ Barangsiapa yang mencintai Al-Quran maka berarti ia telah mencintai Allah dan Rasul-Nya”

Dan bukti yang paling kongkrit untuk mencintai Al-Quran adalah adanya usaha untuk memahami,menghayati dan memikirkan makna-maknanya, sebagaimana bukti merendahkan dan tidak mencintainya adalah menolak untuk menghayati dan memikirkan makna-maknanya. Allah berfirman sebagai kecaman terhadap orang-orang munafik,karena mereka tidak pernah mau menghayati Al-Quran.

Imam Qurtubi berkata “Allah mencela orang –orang munafik karena enggan melakukan penghayatan terhadap Al-Quran”

Keuntungan orang yang mentadabburi Al-Quran.

1.Hatinya tidak akan pernah tersiksa. Rasulullah saw bersabda “ Allah tidak akan menyiksa hati orang yang selalu menjaga Al-Quran” (HR.Imam Ad-Darimi).

2.Merasakan kemanisan Al-Quran. Bisyr bin Surra berkata “Ayat itu bagaikan buah kurma,ketika dikunyah ia akan mengeluarkan kemanisannya”. Hal sejalan dengan apa yang dikatakan sayyid quttub -rahimahullah- dalam tafsir “Alhayatu fi zhilalil quran nikmah nikmatun la...”

3.Menjadi Manusia terbaik diantara umat terbaik.

Dalam surah Ali Imran Allah swt menegaskan bahwa umat ini adalah umat terbaik “Kuntum Khaira Umatin Ukhrijat Linnas tamuruna bil ma’ruf wa tanhawna anil mungkar wa tu’minuna billah”. Bila umat ini adalah umat yang terbaik maka ahlu quran adalah orang-orang terpilih diantara orang yang yang terpilih dan teristimewa. Sebagaimana dalam hadits “Khairukum man ta’allamal quran wa ‘allamahu” (HR.Imam Bukhari). Dalam hadits yang lain “ Inna Lillahi azza wa jalla Ahlaini minannas,qiila man hum ya rasulullah? Qoola [Ahlul Quran hum ahlullahi wa khassatuhu” (HR.Ibnu Majah).

Tujuan Al-Quran

1.Pembimbing bagi bagi manusia menuju jalan yang lurus. Salah satu bukti kasih sayang Allah kepada manusia adalah Allah menurunkan Kitabnya kepada kita sebagai pedoman hidup. Pedoman menuju kebahagian yang haqiqi. Pedoman yang akan menyembuhkan berbagai macam penyakit. (Qs.17:9 / 17:82). Maka Kisah Raja Faishal dangan wartawan amerika.

2.Membentuk pribadi muslim yang ideal. Al –Quran merupakan kitab yang bukan saja harus kita baca tetapi juga harus kita jadikan sebagai sesuatu yang kita amalkan. Dalam Al-Quran begitu banyak perintah-perintah yang harus kita respon dan larangan – larangan yang harus kita tinggalkan. Karena seruan-seruan Al-Quran adalah seruan yang menghidupkan, sbg manafirman Allah “ Ya ayuhal ladzina amanus tajibu lillahi wa lirrasulihi idza daakum lima yuhyikum”. Ketika kita merespon seruan-seruan Al-Quran maka seluruh elemen diri kita akan hidup,jiwa,akal dan jasad kita semuanya akan hidup karena kita selalu berhubungan dengan DZAT yang maha HIDUP dan DZAT yang memberikan kehidupan. (Qs.6:122). Ketika jiwa kita hidup dan berjalan sesuai dengan cahaya al-quran maka kita akan menjadi manusia muslim yang ideal.

Anwar Ibrahim di Trans7

Baru saja saya melihat dialog bersama Anwar Ibrahim di Trans7. Sebelumnya saya ingin memberi tahu bahwa saya bukan siapa-siapa dari Anwar Ibrahim. Tetapi dalam setiap berita-berita di Indonesia yang berkaitan dengan beliau saya sering sekali mengikutinya baik lewat Media Massa/Koran , Internet maupun televisi. Beliau adalah sosok yang fenomenal menurut saya. Begitu banyak ujian dan cobaan yang telah di lalui beliau karena memegang teguh sebuah prinsip. Saya berharap beliau tetap ikhlas dalam setiap perjuangan bahwa kekuasaan yang ingin di raih bukan untuk kepentingan pribadi tapi demi kemaslahatan umat. Sebagaimana imam AsSyahid Hasan Albanna yang menyatakan bahwa sesungguhnya perbaikan umat ini bisa di raih salah satunya dengan memegang kekuasaan.
Bukankah RasuluLLah sendiri juga telah mencontohkan dengan adanya "Piagam Madinah" yang merupakan satu-satunya Piagam pertama di dunia ini yang mengatu tentang sebuah Hak Azasi Manusia (HAM) yang saat ini banyak di dengungkan oelh Barat (walaupun kenyataanya mereka jarang merealisasikan HAM ini dengan adil. mau bukti coba lihat Afghanisatan, Irak, Palestina. Semua Bulsyet omongan barat yang big lier).
Kembali tentang Nawar Ibrahim, ada cuplikan dialog yang sempat di tanyakan oleh host bagaimana pandangan beliau tentang tuduhan-tuduhan terhadap beliau dari lawan-lawan politiknya yang mengatakan bahwa beliau agen asing, yahudi, china dll. Jawaban yang sangat elegan menurut saya. Beliau menyatakan bahwa adanya kedekatan beliau dengan Bush bukan berarti beliau menerima semua kebijakan-kebijakan pemerintah Bush terhadap luar negeri semacam invasi AS terhadap Irak atau Afghanistan. Beliau menentang semua kebijakan-kebijakan yang jelas membuat kerusakan terhadap umat. Kalau mau jujur kata beliau kenapa tidak di ekspos juga kedekatan beliau dengan Syaih DR Yusuf Qhardawi misalya. Anyway, itulah politik. Barangkali memang realitas politik di negeri jiran memang lagi hangat-hangatnya. Yang cukup membuat ngeri adalah adanya UU ISA yang cukup mengkhawatirkan karena sangat mudah untuk di salah gunakan menangkapi orang-orang yang tidak bersalah. Saya teringat dengan perkataan AsSyahid (Semoga) Sayyid Qutb :

“Apabila terjadi kerusakan pada suatu generasi manusia, maka untuk memperbaikinya bukan dengan memperketat hukum terhadap mereka melainkan dengan jalan memperbaiki pendidikan dan hati mereka serta menghidupkan rasa taqwa di dalam hati mereka”.

Menarik untuk di simak perkataan beliau. Bahwa sesungguhnya peran pendidikan (Tarbiyyah) dan memperbaiki hati (tentunya dengan pendidikan juga) adalah sangat penting di berikan memberikan punishment yang belum tentu akan membuat jera.

Bagaimana saat beliau di tanya tentang masalah beliau dengan P.Lah (AbduLLah Badawi), maksud host adalah bagaimana hubungan beliau dengan PM saat ini. Anwar Ibrahim mengatakan bahwa beliau tidak ada masalah pribadi dengan P.Lah. Artinya kalaupun ada perbedaan pendapat dan kritik beliau terhadap pemerintahan adalah sesuatu yang wajar. Memang seharusnya demikian kedewasaan seorang politikus. Buya Natsir ketika berjumpa dengan Aidit (tokoh PKI) di kantin ketika istirahat dari sidang misalnya saat Aidit bertanya "bagaimana kabar umi, buya"? Maka Buya Natsir menjawab dengan sangat lembut walaupun sebelumnya di sidang mereka berdebat dengan panas karena mempertahankan prinsip masing-masing. Memang telah menjadi sunnatuLLah -lah bahwa kebenaran pasti akan berhadapan dengan kebatilan. Tinggal dalam Shira'/ Pertarungan baina haq wal bathil ini kita berada di sisi yang mana. Di sisi Hizbullah sehingga sebagaimana di nyatakan dalam Alqur'an "Aala inna hizbaLLahi humul Gholibuun" (AlMaidah:54) atau berada di sisi sebaliknya " Aala inna hizbasyathani humul khasiruun" (AlMujadilah:22).

Saya tidak berada membela Anwar Ibrahim ataupun AbduLLah Badawi, tetapi saya berharap semuanya akan lebih baik lagi dan lebih baik lagi.

Wallahu a'lam
Batam, 18 Sep 2008/Ramadhan 1429. 01.21 WIB pagi.

Pengaruh Iman dalam Kehidupan Umat

Pengaruh Iman dalam Kehidupan Umat

H.Abdul Rahman,Lc (Ketua MPW PKS KEPRI)

Kerusakan nilai-nilai kehidupan ditengah masyarakat semakin hari semakin nampak jelas terpampang dihadapan kita,ini merupakan buah dari kehidupan yang semakin materealis dan hedonis serta serba permisif. Maka sudah seharus bagi orang –orang yang berakal dan masih mempunyai rasa cemburu kepada agama dan nilai-nilai kebaikan untuk mencari solusi dan jalan keluar sebelum kerusakan tersebut semakin merebak kesetiap sudut kehidupan.

Sebab utama dari setiap kerusakan ini adalah LEMAH IMAN,maka ketika sudah mengetahui sumber penyakit kerusakan tersebut,kita harus mengkonsentrasikan pembahasan kita kepada bagaimana menguatkan keimanan dalam diri pribadi muslim.

Hakekat Iman.

  1. Iman Sumber kehidupan. Sesungguhnya manusia tanpa keimanan bagaikan seonggok mayat yang tidak membawa manfaat. Firman Allah “Dan apakah orang yang sudah mati[502] kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? (QS 6:122)
  2. Iman Sumber kekuatan,ketenangan dan Tsiqah kepada Allah dan pertolongan-Nya.”Kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui” (QS.63:8) Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman (QS.22:38)
  3. Iman akan membangkitkan semangat juang,kesabaran dalam menanggung beban walaupun perjalanan panjang dan penuh dengan rintangan. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS.3:200)
  4. Iman akan menerangi jalan yang akan membawa manusia kejalan yang lurus dan terhindar dari segala penyimpangan. dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS6:153). Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.57:28).
  5. Iman akan menjaga orang beriman dari perbuatan haram serta segala bentuk maksiat dan syubuhat,karena iman akan melahirkan di dalam diri orang beriman perasaan selalu diawasi oleh Allah,perasaan takut kepada Allah,sebagaimana akan melahirkan keiklasan dan menghilangkan segala bentuk penyakit hati dari takabur,riya,ghurur ,gila kekuasaan dan senang menonjol.
  6. Iman akan membuahkan rasa kasih sayang serta sikap itsar dan mencegah terjadinya perpecahan serta permusuhan.Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara” (QS.49:10). “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung” (QS.59:9). Dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda “ Kalian tidak akan masuk syurga sebelum kalian beriman,dan kalian tidak akan beriman sebelum kalian saling berkasih sayang,maukah kalian aku beritahu tentang sebuah amalan yang apabila kalian lakukan kalian akan saling berkasih sayang? Sebarkan salam diantara kalian”.
  7. Iman menguatkan tekad orang beriman dan menghilangkan perasaan lemah serta mencegah perasaan takut kepada selain Allah. (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.(QS.4:173-175).
  8. Iman meluruskan pandangan terhadap materi,dengan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama,yang akan menghindari orang beriman dari cinta kepada dunia sehingga dia mudah untuk mengedepankan panggilan jihad mengorbankan urusan dunianya ketika panggilan jihad menuntutnya. Dimana obsesi tertingginya adalah syahadah di jalan Allah,yang akhirnya dunia ada di tangannya bukan di hatinya.Hilang semua sikap cenderung kepada dunia dan merasa hina dihadapannya, terutama ketika terjadi pertarungan antara dirinya dan para musuh. ” Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar” (QS.4:146)

Sebab-Sebab Lemahnya Iman

Setelah kita mengetahui bahwa kelemahan imanlah yang menjadi penyebab utama maka kita harus mengetahui sebab-sebab lemahnya iman:

  1. Tenggelam dalam kesibukan duniawi. “Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan dari (memahami kenyataan) ini, dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan duniawi ( yg buruk) selain daripada itu, mereka tetap mengerjakannya.(QS.23:63). Sebagaimana yang dikatakan kaum badui “Harta dan keluarga kami telah menyibukkan ( merintangi ) kami” (QS.48:11). Umar bin Khattab ra pernah berkata ” Perdagangan di pasar telah melalaikan aku”. Kalau Umar saja mengatakan semacam itu bagaimana dengan kita yang sering lalai dan alpa,La haula wala quwwata illa billah !
  2. Tidak peduli dan tidak memperhatikan hal-hal yang bisa menambah kebugaran dan kesegaran iman. Para sahabat berkata ” Iman bertambah dan berkurang,apabila kami mengingat Allah,maka bertambahlah iman kami,apabila kami lupa dan lalai maka kami iman kami berkurang” Para Sahabat juga berkata ” Ya Rasulullah apabila kami bersama anda hati kami menjadi lembut,dan akherat begitu dekat,namun apabila kami keluar dan pulang kerumah kami bercengkrama dengan istri dan anak-anak kami,maka hati kami menjadi keras dan menjadi kuat keinginan kami kepada dunia”.

Minggu, September 14, 2008

Kembali dengan seabrek aktifitas

Alhamdulillah saya bisa kembali ke Batam lagi tgl 13 sep/ 13 ramadhan kemarin setelah hampir 2 minggu keliling di kampung dan sekitar kediri (madiun, magetan, blitar, surabaya, mojokerto, nganjuk, jombang, gresik). Capek...so pasti but Alhamdulillah terasa banget jawanya :-)

Ada yang selalu sy rindukan adalah masakan ibu saya. Sayur "jangan tumpang" khas kediri dengan tempe 3 hari, urap, soto beliau yang sangat khas lezatnya woooww.....dahsyat. Thanks mom.

About father...beliau tetap seperti dulu pendiam dan pekerja keras, kejujuran , dan sangat taat beribadah.

Ada yang menarik ttg silsilah keturunan saya yang dari dulu biasanya saya cuek ttg hal ini walaupn sudah lama di kasih tahu kalo lagi ngumpul keluarga besar kami pada hari raya lebaran.
Entah kenapa saya jadi ingin melihat silisilah keturunan keluarga setelah sekian puluh tahun biasanya hanya mendengar cerita dari orang-orang tua saya dulu.
Kesempatan di kampung akhirnya saya manfaatkan kepada kerabat-kerabat yang dulu pernah menawarkan silsilah keluarga kami, Alhamdulillah ketemu dengan putra-putranya karena ternyata ayahnya telah lama meninggal dunia.

Insyaallah bila ada kesempatan saya ingin menscan dan mengupload di blog ini , siapa tahu ternyata dari pembaca sekalian ada satu garis keturunan dengan saya hehehe..artinya kita bersaudara (dazwil qurba)-nya lebih dekat gitu maksud saya, karena pada prinsipnya kita semua bersaudara dalam iman dan islam.

Ada banyak ide-ide di kepala saya untuk tulisan-tulisan, tentang bisnis saya dan lain-lain. Seperti saya ingin menulis tentang "Tarbiyah First not Tashfiyyah", dan lain-lain. Tapi kalau sudah di depan laptop jadi buntu semua. Musykil...musykil...
Mungkin karena kebiasaan bicara jadi susah utk nulis krn ngg telaten :-).

Salam sekalian utk pembaca dan ikhwah fillah. Ramadhan kareem.
Alhamdulilah sdh smp hari yang ke 15, sudah nisfhu ramadhan.

BarakaLLahu fiikum.
Alfaqir Ahmad S,Batam.

SELAMAT DATANG..AHLAN WA SAHLAN..WELCOME..SUGENG RAWUH..

Ahlan wa sahlan......Met berkunjung
Harapan semoga tercerahkan dan bermanfaat.