Senin, Desember 22, 2008

AGAR DIRI DAN LIQO’ KITA BERKAH

AGAR DIRI DAN LIQO’ KITA BERKAH

Wildan Hadi Purnama(Ketua DPW PKS Kepri)



Setiap orang tentu ingin memperoleh keberkahan dalam hidupnya. Secara harfiyah, berkah berarti nama’ wa ziyadah yakni tumbuh dan bertambah, ini berarti berkah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya sehingga apa yang diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembang dan bertambah besar manfaat kebaikannya. Keberkahan ini tidak diberikan kepada semua orang tapi sesuai dengan janji Allah, keberkahan itu hanya akan diberikan kepada orang yang beriman dan bertaqwa.

Kita besyukur kepada Allah SWT yang telah mempertemukan kita dengan tarbiyah ini. Kita juga berharap kita memperoleh berkah dari liqo’at tarbawi (halaqoh) yang menjadi agenda rutin kita setiap pekan. Namun seringkali rutinitas tersebut mengikis bahkan menghilangkan ruh dan keberkahan dari liqo’ halaqoh kita. Liqo’ kita terasa hambar tidak ada kesan dan pengaruh terhadap diri kita padahal kita faham bahwa halaqoh merupakan sarana utama dalam tarbiyah.

Agar diri dan liqo’ kita berkah

Melalui alam raya dengan segala keragaman dan keindahannya, Allah SWT banyak memberikan pelajaran dan telah banyak manusia yang mengambil pelajaran dari alam ini.

Robbana maa kholaqta haadzaa baatilan……..( QS 3:190)

Didalam al-Qur’an surat An-Naml: 22-23 Allah SWT mengabadikan kisah burung hud-hud. Burung hud-hud hanyalah seekor burung sebagaimana burung-burung lainnya yang diciptakan Allah. Namun ia telah memberikan sebuah pelajaran yang berharga yang perlu diambil sebagai pelajaran oleh para kader da’wah agar diri, liqo’ dan da’wahnya berkah.

وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لاَ أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ الْغَائِبِينَ. لَأُعَذِّبَنَّهُ عَذَاباً شَدِيداً أَوْ لَأَذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ. فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطْتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَأٍ بِنَبَأٍ يَقِينٍ. إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ (النمل:20-23)

“Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang."Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.”

Pelajaran yang dapat kita ambil adalah pada diri burung hud-hud selaku a’dho (anggota ) dari halaqoh Nabi Sulaiman AS diantaranya;

1. Seorang dai tentu lebih mulia dari seekor burung Hud-hud yang memiliki inisiatif positif dan mencari-cari kebaikan. Seorang dai lagi mukmin lebih terpanggil untuk berinisiatif dan melakukan perbuatan baik tanpa harus menunggu perintah. Seorang da’i harus selalu pro-aktif menyebarkan da’wahnya dan pro-aktif mencari objek da’wah ditengah-tengah masyarakat. Sesungguhya banyak objek da’wah yang membutuhkan sentuhan dari para da’I. Tarbiyah bukan hanya kebutuhan kita, tarbiyah harus menjadi kebutuhan semua orang maka menjadi kewajiban kita para da’i untuk mengajak manusia. Burung hud-hud melakukan perjalanan yang jauh untuk mencari objek da’wah dan dia mendapati sebuah negeri yang bernama Saba, sebuah negeri masih menyembah matahari. Burung Hud-hud melaporkan penemuannya dengan ta’bir naba yaqin (berita penting dan besar yang diyakini kebenarannya) kepada Nabi Sulaiman AS dalam sebuah liqo’ dan selanjutnya menjadi agenda dakwah. Semangat da’wah seperti ini yang akan membuat liqo’ halaqoh semakin hidup dan dinamis karena bertemunya konsep-konsep dalam materi kita dengan amal nyata/agenda dakwah. Banyak diantara kita yang merasa liqo’ pekanan sebagai beban bukan sebuah kebutuhan, hal ini disebabkan karena kita bersikap pasif. Hari-hari diantara jadwal liqo’, hanya dijalani dengan kegiatan rutin tidak berupaya aktif melakukan manuver-manuver da’wah atau paling tidak sekedar memikirkan ide-ide untuk mengembangkan da’wah atau membaca buku yang terkait dengan materi pekan sebelumnya atau menelaah isu-isu kontemporer yang menyangkut ummat dan banyak lagi hal-hal lain yang bisa lakukan yang bisa menjadi pembahasan dan agenda dalam liqo kita sekaligus menjadikan diri dan liqo kita berkah. Baik murobbi maupun mutarobbi harus berupaya menjadikan diri dan liqo’nya berkah (nama’ wa ziyadah).

2. Kita sebagai dai dapat menyimpulkan sebagai pelajaran buat kita bahwa kehadiran yang dapat menyelamatkan kita dari uzur kita di hadapan mas-ul, murabbi adalah kehadiran da’wi tarbawi. Keterlambatan dan ketidakhadiran yang disengaja tanpa izin dan alasan yang dapat diterima merupakan sikap meremehkan pentingnya tarbiyah yang dapat mengundang masuknya pengaruh syetan kedalam hati kita (QS 58:19). Sejalan dengan semangat kita untuk meningkatkan mutu diri dan memperbanyak kader baru dengan segala jenis tajnid, maka kita dituntut untuk selalu hadhir secara da’wiyan dan tarbawiyan, bukan hanya kehadiran di halaqah atau di ijtima’. Kita seharusnya selalu hadir dalam segala aktivitas da’wah dan tarbiyah. Boleh jadi seseorang tidak pernah absen untuk hadir di setiap pertemuan, akan tetapi keikutsertaannya di setiap aktivitas sangatlah minim atau ia sendiri tidak ada inisiatif positif untuk melakukan aktivitas da’wah dan tarbiyah.

Dari kisah tersebut kita menyaksikan pengecekkan atas keterlambatan burung Hud-hud. Dengan sikap ijabiyah (positif) yang dikembangkan burung Hud-hud, maka alasannya itu diterima. Di lain pihak, قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (النمل:27) (Sulaiman berkata, "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.).

Agar diri dan liqo’ kita berkah maka setiap murobbi maupun mutarobbi harus memahami tentang pentingnya da’wah dan tarbiyah. Visi da’wah dan tarbiyah harus beserta karakteristiknya selalu tertanam didalam diri sehingga aktivitas apapun yang kita lakukan merupakan sarana untuk berda’wah, dan ini adalah kerja besar para Nabi dan Rosul yang harus kita lanjutkan.

Tidak ada komentar:

SELAMAT DATANG..AHLAN WA SAHLAN..WELCOME..SUGENG RAWUH..

Ahlan wa sahlan......Met berkunjung
Harapan semoga tercerahkan dan bermanfaat.