Minggu, Agustus 31, 2008

Balik Kampong...

Hari ini saya balik kampong ke Kediri Jawa Timur. Sebenarnya bulan Maret kemarin baru pulang kampung ketika mengantarkan jenazah ukhti Yanti almarhumah. Tapi krn ada tiket murah, ya pulang kampung sama keluarga sekalian menjenguk keluarga, nenek yang ingin melihat cucu-cucunya.

Mohon doanya supaya selamat sampai tujuan dan kembali ke Batam lagi. Jadwal sudah banyak menunggu :-)

Salam,ASaikhudin

Sabtu, Agustus 30, 2008

Doa SalafuShalih menjelang Ramadhan

Para salaf shaleh selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan ramadan,dan berdoa agar Allah menerima amal mereka,apabila telah masuk awal ramadan mereka berdoa kepada Allah ” Allahu akbar,Allahuma Ahillahu Alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wa taufik lima tuhibbuhu wa tardha ” artinya Ya Allah karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan,keimanan,keselamatan dan keislaman dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhoi”.

Minggu, Agustus 24, 2008

PUASA MEMBENTUK SDM MUSLIM DAN JIWA KEPEMIMPINAN

PUASA MEMBENTUK SDM MUSLIM DAN JIWA KEPEMIMPINAN

Di dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 90 ayat yang dimulai dengan panggilan atau seruan kepada orang-orang yang beriman dengan kalimat: Hai orang-orang yang beriman, suatu panggilan yang menunjukkan kecintaan dari Allah Swt yang sangat dalam sehingga mereka yang diseru merasakan getaran cinta dari Allah Swt yang membuatnya mudah menerima isi seruan dan siap melaksanakan beban-beban yang terkandung di dalamnya. Itu pula yang terasa dalam perintah melaksanakan puasa Ramadhan sebagaimana Allah berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS 2:183).

Islam sebagai sebuah agama yang benar harus diperjuangkan penegakan dan penyebarluasannya oleh kaum muslimin dengan segala konsekuensinya. Karena itu kaum muslimin harus dipersiapkan kekuatan rohaninya untuk bisa mengemban tugas-tugas perjuangan yang berat itu. Ibadah puasa Ramadhan merupakan salah satu upaya untuk membentuk sumber daya muslim agar mampu mengembannya. Paling kurang, ada empat target yang harus dicapai oleh setiap mu’min yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, khususnya dalam konteks mengemban amanah perjuangan menyebarkan dan menegakkan nilai-nilai kebenaran Islam yang menjadi kewajiban setiap muslim.

MEMANTAPKAN AQIDAH YANG KOKOH

Tujuan utama puasa adalah mempersiapkan hati manusia untuk bertaqwa, sensitif, melembutkan hati dan takut kepada Allah. Taqwa membangkitkan kesadaran dalam hati sehingga mau menunaikan kewajiban, taqwa juga menjaga hati seseorang sehingga ia tidak mau merusak nilai-nilai ibadah puasa dengan maksiat meskipun hanya dengan getaran hati untuk berbuat maksiat. Ketaqwaan kepada Allah Swt merupakan bukti nyata dari kokohnya aqidah seseorang, karenanya puasa dibebankan kepada siapa saja yang beriman kepada Allah Swt agar keimanan itu dapat menjelma menjadi ketaqwaan yang sempurna. Karena itu taqwa menjadi puncak ketinggian rohani seorang muslim sehingga orang bertaqwalah yang berada pada posisi yang paling mulia di sisi Allah Swt, sebagaimana terdapat dalam firman Allah yang artinya: Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS 49:13).

Dalam konteks kehidupan masyarakat yang rusak, tujuan puasa ini menjadi sangat penting. Kokohnya iman menjadi modal utama bagi manusia untuk bisa memperbaiki akhlaknya, dari iman yang kokoh di dalam hati akan terwujud manusia yang berakhlak mulia. Karena itu Sayyid Quthb dalam dzilalnya menyatakan: “Apabila terjadi kerusakan pada suatu generasi manusia, maka untuk memperbaikinya bukan dengan memperketat hukum terhadap mereka melainkan dengan jalan memperbaiki pendidikan dan hati mereka serta menghidupkan rasa taqwa di dalam hati mereka”.

MEMANTAPKAN HUBUNGAN DENGAN ALLAH

Salah satu nilai tarbiyyah (pendidikan) dari ibadah puasa adalah upaya memantapkan hubungan dengan Allah Swt, hal ini karena setiap muslim yang berpuasa harus melaksanakannya karena Allah dan dilakukan dengan ketentuan-ketentuan yang datang dari Allah Swt. Sesuatu yang biasanya halal untuk dilakukan atau dinikmati, pada saat berpuasa seorang muslim diharamkan oleh Allah Swt dan ia tunduk saja kepada sang pencipta meskipun ia bisa melakukannya atau memiliki sepenuhnya untuk bisa dinikmati. Ini menunjukkan hubungan yang baik kepada Allah Swt yang menjelma dalam bentuk kepatuhan kepada-Nya, dan untuk itu seorang muslim mampu mengendalikan dan mengatasi tuntutan dari dalam dirinya yang bersifat fisik seperti makan, minum dan kebutuhan seksual.

Terjalinnya hubungan yang dekat kepada Allah Swt merupakan modal yang sangat penting bagi manusia, bahkan tidak hanya untuk mengemban amanah perjuangan tapi juga untuk bisa menjalani kehidupan di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Hubungan manusia yang jauh dengan Allah membuat manusia hanya bisa menyumbang persoalan dalam kehidupan ini, sedangkan masalah yang ada tidak mampu diatasi. Padahal bila manusia merasa dekat dengan Allah dan ia merasa selalu diawasi oleh Allah Swt, niscaya ia tidak berani menyimpang dari ketentuan-Nya dan bila penyimpangan itu sudah terjadi, iapun cepat mengakui kesalahannya hingga memiliki kesiapan untuk menjalani hukuman akibat kesalahan yang dilakukannya, bukan malah sudah salah tapi masih saja tidak merasa bersalah dan mencari seribu dalih untuk bisa menghindar dari hukuman dan berusaha menutupi kesalahan yang telah dilakukannya meskipun harus dengan kesalahan yang lain.

MEMANTAPKAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA

Puasa Ramadhan adalah ibadah yang dilakukan oleh kaum muslimin secara serentak di seluruh dunia. Kaum muslimin merasakan satu hal yang sama, yakni lapar dan haus dan sama-sama berjuang untuk mampu menahan dan mengendalikan diri dari melakukan sesuatu yang tidak dibenarkan oleh Allah Swt meskipun peluang untuk itu sangat besar. Nilai keserentakan ini diharapkan bisa menghasilkan kebersamaan dan hubungan yang baik dengan sesama muslim. Semangat kebersamaan merupakan modal yang sangat berharga bagi upaya perjuangan di jalan Allah Swt, apalagi Dia amat mencintai orang yang berjuang secara bersama-sama dengan kerjasama yang baik, Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam suatu barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (QS 61:4).

Salah satu lahan dakwah dan perjuangan yang harus mendapat perhatian besar dari seluruh komponen kaum muslimin adalah masjid-masjid yang sudah dibangun dengan bagus, besar dan megah dan dikeluarkan dana yang besar. Namun kondisi pemakmurannya belum sebanding dengan fisik bangunannya. Untuk bisa memakmurkan masjid sehingga berfungsi sebagai pusat pembangunan masyarakat Islam, diperlukan kebersamaan antara sesama umat Islam, baik sebagai pengurus maupun jamaah. Karena itu harus terjalin kerjasama yang harmonis antara pengurus masjid dengan jamaahnya, bahkan harus terjalin kerjasama antar masjid yang satu dengan masjid lainnya, tidak seperti sekarang, dimana masjid berjalan sendiri-sendiri dengan segala persoalan yang dihadapinya.

MEMANTAPKAN JIWA KETABAHAN

Dalam perjuangan dibidang apapun, ketabahan jiwa merupakan sesuatu yang sangat dituntut adanya pada diri para pejuang, demikian pula halnya dengan perjuangan di dalam Islam dengan segala dimensinya yang luas. Namun harus kita sadari bahwa ketabahan tidak muncul dengan sendirinya, masing-masing orang perlu memperoleh pemahaman dan mendapatkan latihan guna memiliki ketabahan. Ibadah puasa adalah salah satu bentuk ibadah yang memberikan pendidikan dan latihan untuk memiliki ketabahan sehingga seorang muslim yang telah berpuasa semestinya menjadi orang yang memiliki daya tahan yang kuat dalam mempertahankan nilai-nilai kebenaran yang datang dari Allah Swt meskipun dalam kondisi yang sulit seperti haus dan lapar.

Oleh karena itu, ketika situasi menjadi begitu sulit dalam perjuangan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw, khususnya sesudah wafatnya Siti Khadijah, seorang isteri dan pendukung perjuangan serta wafat juga Abu Thalib yang sering memberikan perlindungan kepada Nabi dari gangguan orang-orang kafir, maka Allah Swt menegaskan kepada Nabi Muhammad Saw untuk bertahan dan melanjutkan perjuangan, apapun yang terjadi. Hal ini karena kalau berbicara tentang kesulitan, generasi terdahulu juga mengalami kesulitan, bahkan kesulitan yang lebih berat lagi sehingga Nabi Muhammad Saw bersama para sahabatnya jangan memiliki sikap atau perasaan yang berlebihan dalam arti merasa sangat sulit dalam perjuangan yang dijalaninya, Allah Swt berfirman yang artinya: Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang-orang yang bertaubat bersamamu dan janganlaj kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS 11:112).

Dengan demikian, momentum ibadah Ramadhan tahun ini menjadi saat yang sangat penting untuk memperbaiki kondisi pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa menuju ridha Allah Swt.

MEMAHAMI MAKNA "MANUSIA"

Manusia

Penulis: Drs. H. Ahmad Yani *

alhikmah.com - Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT menamakan manusia dengan alinsan, annas dan albasyar. Sebagai manusia, kita perlu memahami makna-makna tersebut agar dapat menangkap hakikatnya untuk selanjutnya menjalani kehidupan sebagai manusia sebagaimana yang Allah SWT kehendaki, yakni mengabdi kepada-Nya. Allah SWT berfirman: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku” (QS.51:56).

Alinsan

Menurut Dr. Quraish Shihab dalam buku tafsirnya, alinsan terambil dari akar kata yang berarti bergerak, lupa dan merasa bahagia atau senang. Ketiga arti ini menggambarkan sebagian dari sifat atau ciri khas manusia. Ia bergerak bahkan seharusnya memiliki dinamisme; ia juga memiliki sifat lupa atau semestinya melupakan kesalahan-kesalahan orang lain dan ia pun merasa senang bila bertemu dengan jenisnya atau seyogianya selalu berusaha memberi kesenangan dan kebahagiaan kepada diri dan makhluk-makhluk lainnya.

Penggunaan kata alinsan untuk menyebut manusia menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk Allah SWT yang diberi beban tanggung jawab untuk mengabdi kepada-Nya dalam cakupan yang seluas-luasnya sebagaimana dalam firman-Nya di atas. Manakala manusia tidak menggunakan waktu dalam kehidupannya untuk mengabdi kepada Allah SWT, maka ia akan menjadi orang yang rugi dunia dan akhirat. Dalam kaitan ini Allah SWT berfirman di QS.103:1-3 : ”Demi masa. Sesungguhnya manusia (alinsaan) benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.

Oleh karena itu, sebagai alinsan, manusia seharusnya selalu waspada terhadap godaan-godaan syaitan karena syaitan ingin menyesatkan manusia bukan secara fisik tapi manusia sebagai insan karena Allah SWT menggunakan kata insan ketika berfirman dalam QS. 17:53 “Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”

Namun, manusia yang disebut alinsan juga berarti lupa, semestinya ia melupakan kesalahan-kesalahan orang lain terhadap dirinya sehingga ia menjadi pemaaf. Kenyataan yang terjadi banyak manusia yang menjadi lupa terhadap ketentuan-ketentuan Allah SWT sehingga mengabaikan perintah-Nya. Untuk itu mansuia harus selalu berdzikir kepada Allah SWT dalam segala keadaan.

Sekiranya manusia menyadari hakikat dirinya sebagai alinsan yang berarti harus selalu membuat senang manusia dan mahkluk Allah lainnya, maka dalam hidupnya niscara manusia akan selalu memberikan yang terbaik, melakukan kebaikan bahkan menjadi cermin dalam kebaikan dan kebenaran dan segala perbuatannya selalu memberikan manfaat kepada manusia lain dan lingkungannya, dan inilah manusia yang ideal.

Albasyar

Penggunaan kata albasyar untuk manusia lebih ditekankan kepada hal-hal yang bersifat jasmani dan naluri. Misalnya manusia itu bisa dilihat, disentuh, memerlukan makan, minum, berkembang biak dan lain-lain. Dalam kaitan ini Rasulullah SAW sebagai albasyar sama seperti kita yang merasa lapar, haus, dan sebagainya. Allah SWT berfirman : “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: 'Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.' Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.' (QS. 18:110)

Karena jasmani manusia memiliki berbagai macam kebutuhan, maka sebagai albasyar manusia boleh memenuhi segala macam kebutuhannya dengan cara yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Manusia yang menghalalkan segala cara dalam memenuhi kebutuhannya, sama halnya seperti binatang bahkan lebih buruk lagi. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(QS. 7:179)

Kenyataan menunjukkan bahwa keinginan manusia yang bersifat jasmaniyah sangat besar bahkan bisa jadi sangat dominan. Karena itu sebagai albasyar manusia harus mampu mengendalikan hawa nafsunya bukan membiarkannya sebebas-bebasnya, juga bukan membunuhnya. Manusia yang bisa mengendalikan hawa nafsunya akan menjadi manusia yang bermartabat.

Annas

Di dalam al-Qur’an, Allah SWT juga menyebutkan kata annas untuk menyebut manusia. Secara harfiyah, annas diambil dari kata nausu yang berarti gerak dan terambil dari kata unas yang berarti tampak. Demikian menurut Dr. Quraish Shihab. Dari makna ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sebagai manusia, keberadaan kita di dunia ini harus kita tunjukkan atau kita tampakkan dengan gerakan kebaikan dan perbaikan. Secara fisik, manusia akan menjadi sehat bila ia banyak bergerak. Pengabdian kepada Allah SWT yang salah satunya adalah sholat dan haji, dilakukan dengan banyak melakukan gerakan.

Sebagai makhluk yang harus bergerak, manusia harus saling mengenal antara satu dengan lainnya karena manusia memang terdiri dari perbedaan jenis kelamin, suku, bangsa, bahasa, dan warna kulit. Namun, setelah saling mengenal manusia harus menyadari bahwa kemuliaan itu bukan terletak pada kebanggaan atas status bangsa, jenis kelamin, warna kulit dan lainnya, tapi Allah SWT meletakkan kemuliaan mansuia itu pada taqwanya. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.49:13). [ayani@indosat.net.id]

Wallohu a’lam.

MALAM LAILATUL QADAR

Memburu malam seribu bulan

Keutamaan malam Lailatul Qadar sangat besar. Umat Islam yang mengikuti sunnah Rasulnya tidak memasang tanda-tanda tertentu dan tidak pula menancapkan anak-anak panah untuk memperingati malam ini, akan tetapi mereka berlomba-lomba untuk bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah.

Inilah wahai saudaraku muslim, ayat-ayat Qur'aniyah dan hadits-hadits nabawiyah yang shahih menjelaskan tentang malam tersebut.

1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar

Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah berfirman.

'Artinya : Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur'an pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala usrusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar' [Al-Qadar : 1-5]

Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.

'Artinya : Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui' [Ad-Dukhan : 3-6]

2. Waktunya

Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa malam tersebut terjadi pada tanggal malam 21,23,25,27,29 dan akhir malam bulan Ramadhan.

Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadar itu pada malam-malam terakhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha, dia berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terkahir bulan Ramadhan dan beliau bersabda. 'Artinya : Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan' [Hadits Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169]

Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat dari Ibnu Umar, (dia berkata) : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. 'Artinya : Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya' [Hadits Riwayat Bukhari 4/221 dan Muslim 1165]

Ini menafsirkan sabdanya. 'Artinya : Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, barangsiapa yang mencarinya carilah pada tujuh hari terakhir' [Lihat Maraji' tadi]

Telah diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada karena perdebatan para sahabat. Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ke luar pada malam Lailatul Qadar, ada dua orang sahabat berdebat, beliau bersabda.

'Artinya : Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Lailatul Qadar, tapi ada dua orang berdebat hingga tidak bisa lagi diketahui kapannya; mungkin ini lebih baik bagkalian, carilah di malam 29. 27. 25 (dan dalam riwayat lain : tujuh, sembilan dan lima)' [Hadits Riwayat Bukhari 4/232]

Kesimpulannya

Jika seorang muslim mencari malam lailatul Qadar carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir : 21, 23,25,27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari pada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25,27 dan 29. Wallahu 'alam

3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar.?

Sesungguhnya malam yang diberkahi ini, barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan (bagi) orang yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu dianjurkan bagi muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala-Nya yang besar, jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

'Artinya : Barang siapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu' [Hadits Riwayat Bukhari 4/217 dan Muslim 759]

Disunnahkan untuk memperbanyak do'a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah Radhiyallahu 'anha, (dia) berkata : 'Aku bertanya, 'Ya Rasulullah ! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan ?' Beliau menjawab, 'Ucapkanlah : 'Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul afwa fa'fu'annii'

'Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku'

Saudaraku -semoga Allah memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu untuk mentaati-Nya- engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam Lailatul Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan shalat) pada sepuluh malam terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi wanita, perintahkan kepada isterimu dan keluargamu untuk itu, perbanyaklah perbuatan ketaatan.

Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha.

'Artinya : Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencanngkan kainnya[3] menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya' [Hadits Riwayat Bukhari 4/233 dan Muslim 1174]

Juga dari Aisyah, (dia berkata) :

'Artinya : Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir) yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya' [Hadits Riwayat Muslim 1174]

4. Tanda-Tandanya

Ketahuilah hamba yang taat -mudah-mudahan Allah menguatkanmu dengan ruh dari-Nya dan membantu dengan pertolongan-Nya- sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.

Dari 'Ubay Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

'Artinya : Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi' [Hadits Riwayat Muslim 762]

Dan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

'Artinya : (Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan' [Tahayalisi 349, Ibnu Khuzaimah 3/231, Bazzar 1/486, sanadnya Hasan]

SELAMAT DATANG HARAPAN

SELAMAT DATANG HARAPAN

Arahan Ketua TPPN, Anis Matta,
pada Mukernas PKS 2008, Makassar 21-24 Juli 2008

بسماللهالرحمنالرحيم

Kita tidak boleh lelah. Sampai hari ini. Bahkan sampai kapan pun. Untuk terus mengulang-ulang cara kita membaca perjalanan panjang perjuangan dakwah ini. Cara kita memahami setiap satuan capaian akan sangat mempengaruhi persepsi kita tentang keseluruhan perjalanan perjuangan kita. Tidak semata bagaimana capaian itu dihasilkan, tapi juga bagaimana capaian itu dilanjutkan. Tidak semata bagaimana kemudahan didapat, tapi juga bagaimana gangguan dan rintangan datang menghambat.


Itu pula yang akan mengantarkan kita kepada sebuah sikap --sebagaimana dikatakan oleh Harun Al-Rasyid, “Saya tidak bangga dengan keberhasilan yang tidak saya rencanakan, sebagaimana saya tidak akan menyesal atas kegagalan yang terjadi di ujung segala usaha maksimal.” Ya, yang paling sempurna tentu saja keberhasilan yang diberikan Allah setelah usaha dan kerja-kerja maksimal.
Dengan cara membaca yang benar dan menelaah yang utuh tahapan demi tahapan perjalanan kita, maka kita akan selalu mendapat penjelasan baru yang terus menyegarkan, tentang bagaimana realitas perjuangan ini dicapai, dan apa yang harus kita lakukan untuk menciptakan realitas baru berkelanjutan.

1. Tafsir keimanan atas kemenangan sebelum kemenangan
Setiap kali realitas internal kita berubah, realitas eksternal di sekeliling kita juga berubah.
Pernah ada suatu saat dimana kita tidak percaya bahwa 20% itu mungkin. Itu mimpi. Itu utopia. Kita mungkin tidak mengatakannya. Tapi cara kita bekerja tidak menunjukkan bahwa kita memang yakin bisa mencapainya.
Tapi hari ini semuanya berubah. Keyakinan kita berubah, bersama berubahnya angka-angka tentang PKS dalam survey-survey politik. Jauh sebelum angka-angka itu berubah, sesungguhnya telah terjadi perubahan-perubahan besar dalam diri kita. Pikiran kita berubah. Perasaan kita berubah. Tindakan kita juga berubah. Alam batin kita seluruhnya berubah.
Kesadaran yang mendalam akan adanya gap yang jauh antara target 20% dengan realitas kita dalam survey ---yang waktu itu berada dalam posisi 5%--- mendorong kita merumuskan STRATEGI yang jelas untuk mencapai sisa TARGET tersebut.
Pada saat yang sama, kita terus membangun motivasi bersama yang kuat untuk mencapai target tersebut. Motivasi bukan soal kata-kata. Motivasi adalah soal keyakinan. Dari keyakinan yang kuat, akan lahir pikiran yang besar. Sarana dan sumber daya selalu tunduk pada ide dan pikiran-pikiran. Sebagaimana sebaliknya, ide yang besar dan pemikiran yang kuat, akan menciptaan sarana-sarananya, dengan caranya sendiri. Karena itu, dalam pepatah Arab dikatakan,
منجدوجد. Barangsiapa bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil.
Perubahan yang berkelindan dengan kesadaran itu, mengantarkan kita kepada tiga situasi batin yang sangat mempengaruhi pertumbuhan pemahaman dan cara kita bekerja. Pertama, kita mulai semakin mengerti apa sebenarnya masalah-masalah kita (
الوعيبالمشكلة) dan mengerti bagaimana menyusun langkah-langkah kita (وضوحالخطة). Karena itu, dengan caranya yang unik, Allah mensyaratkan perubahan harus dimulai dari kita sendiri, dan permulaan itu adalah bagaimana kita mengerti masalah dan mengerti bagaimana menyusun langkah. “Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum, hingga kaum itu mengubah diri mereka sendiri.”
Kedua, yang terus berubah dalam diri kita adalah semakin menguatnya kehendak dan kemauan kita (
قوةالإرادة). Bahwa setiap kali kemauan kuat kita diberi taufik Allah untuk menjadi kenyataan, semakin pula kemauan itu terus menguat menjadi kehendak. Karena itulah, Islam memiliki caranya sendiri untuk membimbing kita, bahkan bila pun kerja-kerja kita tidak mendapatkan pengakuan yang semestinya dari orang lain, itu tidak boleh mengganggu semangat dan kekuatan kehendak. Sebab, Allah telah menjamin pengakuan dari-Nya, dengan caran-Nya sendiri. Bahwa Allah Yang Maha Melihat, menegaskan, Ia pasti akan melihat karya-karya itu. “Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.’”
Ketiga, bahwa di dalam diri kita juga terus menguat spirit untuk terus bekerja dan bekerja (
العملالمستمر). Dan bahkan dalam keberlanjutan kerja itulah proses menjadi baik, mendapat ampunan, dan diperbaiki oleh Allah akan kita dapatkan. Bila kita terus bekerja, mungkin akan selalu ada yang salah. Tapi dengan terus bekerja itulah Allah berjanji akan memperbaiki kesalahan kita. “Dan orang-orang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal-amal yang shalih, serta beriman pula kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka.” (QS. Muhammad: 2).

2. Hubungan kausalitas dalam peristiwa sejarah
Sejarah umat Islam sangat kaya dengan pelajaran penting tentang hukum sebab akibat. Bahwa sebuah kemenangan memiliki syarat-syaratnya. Sebagaimana kehancuran sebuah bangsa, sebuah umat, memiliki sebab-sebabnya.
Sebagaimana para individu memiliki ajal, begitu juga sebuah umat, memiliki umurnya sendiri.
Allah SWT berfirman, “Dan setiap jiwa yang bernyawa pasti akan merasakan mati.” Dalam firman-Nya yang lain, “Dan bagi setiap umat ada ajalnya.”
Karena itu, sebelum jauh-jauh berbicara tentang bagaimana sebuah partai harus menang, yang harus kita lakukan adalah menanyakan tentang bagaimana sebuah partai bisa hidup.
Umur partai ditentukan oleh umur misinya, selama misi itu hidup, maka selama itu partai itu hidup. Hal-hal yang membuat sebuah partai bisa hidup adalah:
- Adanya misi kemanusiaan yang luhur dalam kerja-kerja politik partai itu. Misi itulah yang akan memberi sentuhan-sentuhan kemanusiaan pada kerja-kerja politik.
- Misi itu juga akan menerbitkan manfaat langsung, dalam bentuk spritual maupun material. Kehadiran partai yang punya misi akan memberi manfaat secara politik, sosial, maupun ekonomi.
Tetapi untuk bisa menjalankan misi itu, kita harus menjadi partai politik yang punya kemampuan untuk memimpin, leading, dengan menjalankan politik kemanusiaan di tengah politik kepentingan. Setelah berbicara tentang bagaimana sebuah partai politik bisa hidup (
أسبابالحياة), maka kita harus berbicara tentang bagaimana partai politik itu bisa memimpin. Untuk menjadi partai yang mampu memimpin (leading) kita harus memiliki tiga hal. Dan, tiga hal ini yang harus terus kita ulang-ulang:
- Pertama, narasi yang besar. Kita hanya akan memimpin apabila kita membawa gagasan besar yang dapat merangkul dan mewadahi seluruh harapan dan energi masyarakat. Gagasan itulah yang memberi kanal yang dapat menyalurkan energi yang ada pada masyarakat dan mengubahnya menjadi harapan bersama yang mencerahkan.
- Kedua, kapasitas. Gagasan besar itu hanya akan menjadi realitas kalau ada kapasitas yang memadai ---pada skala individu maupun struktur--- yang dapat mengeksekusi gagasan itu.
- Ketiga, sumber daya. Dalam segala bentuknya, seperti informasi, pengetahuan, sarana finansial, dan lain-lain adalah sarana yang diperlukan untuk mengeksekusi gagasan tersebut.
Jadi, makin besar narasi, kapasitas, dan sumber daya kita, makin besar kemampuan kita mengeksekusi. Itu modal yang besar. Sesudah itu yang kita tunggu tinggal momentum. Kalau kita punya tigal hal di atas, maka peluang itu hanyalah masalah waktu. Kita akan mendapat kemenangan dan memimpin kalau kita mempunyai kemampuan mengelola ide-ide, memiliki kapasitas untuk mengeksekusi ide-ide itu, dan memiliki sarana untuk merealisasi ide-ide itu.
Itu sebabnya, di Bali, kenapa salah satu isu yang kita angkat adalah keterbukaan, karena di Bali kita bicara narasi. Sekarang, di sini kita bicara tentang kepemimpinan kaum muda, karena kita bicara tentang kapasitas. Nanti, ketika kita bicara tentang managing globalization, kita akan bicara tentang sumber daya.
Ada fakta mendasar yang harus kita sadari, bahwa kepemimpinan dan kekuasaan adalah dua hal yang sangat berbeda. Fakta itu melahirkan kaidah-kaidah penting:
- Bahwa tidak karena engkau berkuasa, maka secara otomatis engkau akan memimpin.
- Bahwa kadang engkau bisa memimpin meski tidak berkuasa.
- Bahwa untuk bisa memimpin, tidak serta merta engkau harus berkuasa.
- Bahwa boleh jadi, sebuah kekuasaan hanyalah awal dari sebuah keruntuhan.
Jadi, persepsi kita tentang memimpin dan berkuasa, akan sangat mempengaruhi cara kita bekerja dan cara kita meletakkan kekuasaan dalam daftar tema-tema besar pekerjaan kita.

3. Hambatan-hambatan untuk menang
Cita-cita besar selalu punya caranya sendiri untuk direalisasi, tapi juga punya hambatan-hambatanny a sendiri yang harus disiasati. Hambatan akan selalu ada. Masalahnya kemudian apakah hambatan itu relevan atau tidak. Masalahnya apakah kita bisa menciptakan cara-cara untuk melampui hambatan itu dengan baik.
Hambatan paling mendasar yang harus kita sadari adalah hambatan persepsi dalam betuk sindrom-sindrom. Setidaknya ada empat macam sindrom yang harus kita waspadai yang akan banyak menjadi hambatan serius bagi tercapainya kemenangan.
- Pertama, Sindrom ketakutan bila menang. Sindrom ini lebih khusus terkait dengan ketakutan akan apa yang muncul dari kemenangan berupa fitnah dunia.
- Kedua, sindrom inferiority complex. Perasaan minder dan rendah, merasa tidak mampu. Padahal kerja-kerja kepemimpinan, yang salah satunya mencakup kerja-kerja politik, adalah jenis kerja-kerja yang dibangun di jalur eksperimen. Dan bahwa Islam lah yang pertama kali mengenalkan metodologi dan tradisi eksperimen (
المنهجالتجريبي). Sementara tradisi Yunani membangun filsafatnya atas dasar metafisika. Jadi eksperimen merupakan anak kandung peradaban Islam. Karena itu kerja-kerja dakwah dan politik harus merupakan kerja-kerja yang punya tradisi eksperimen yang kuat. Itu tidak bisa dilalui dengan sindrom rendah diri.
- Ketiga, sindrom pemisahan antara tarbiyah dan politik. Sindrom ini bisa memicu keresahan, menciptakan kesan dan perasaan, seakan-akan tarbiyah adalah kerja-kerja bersih, sementara politik adalah kerja-kerja kotor.
Melahirkan perasaan bahwa seakan-akan tarbiyah adalah kerja-kerja mulia, sementara politik adalah kerja-kerja yang hina. Perasaan bahwa orang-orang tarbiyah adalah orang-orang yang suci, dan orang-orang politik adalah orang-orang yang berlumur keburukan. Pemisahan seperti itu sungguh sangat membahayakan. Karena itulah dalam situas-situasi seperti ini, saya sering teringat dengan syair yang dibacakan Abdullah bin Mubarok kepada Fudhail bin Iyadh:
ياعابدالحرمينلوأبصرتنالعلمتأنكبالعبادةتلعب
منكانيخضبجيدهبدموعهفنحورنابدمائناتتخضب
wahai ahli ibadah di dua tempat suci
jika kalian menyaksikan kami
niscaya akan tahu bahwa kalian bermain-main dengan ibadah itu
bila leher-leher kaliah basah berlumur air mata
maka leher-leher kami dengan darah-darah kami berlumuran

- Keempat, sindrom kesucian dalam berpolitik. Di sisi lain, perasaan suci juga bisa muncul dalam diri kita, sehingga menimbulkan sikap-sikap yang kurang produktif bagi perjalanan perjuangan kita. Seperti enggan bergaul dengan berbagai pihak. Karena kita menganggap kita suci, kita menganggap orang lain kotor. Sehingga kita pun tidak bisa memberdayakan. Padahal dalam hadits Rasulullah dikatakan,
إناللهلينصرهذاالدينحتيبرجلفاجر
“Sesungguhnya Allah akan menolong agama ini bahkan dengan orang yang suka bermaksiat.”
Persepsi yang harus kita bangun tentang mereka yang biasa berbuat maksiat adalah, pertama mereka obyek dakwah, kedua mereka adalah sumber daya. Suara orang kafir itu sumber daya, sebagaimana suara orang Muslim yang ahli maksiat, adalah juga sumber daya.
Jangan sampai, karena kita merasa suci, kita tidak bergaul dengan orang lain. Sehingga kita tidak bisa memberdayakan. Menurut survey, salah satu faktor kemenangan kita di Jawa Barat itu karena dukungan orang-orang Cina dan tentara.

4. Realitas-realitas politik
Pada dasarnya kita sudah melampui hampir semua tahapan krusial, yang bisa menghambat rencana dan tahapan-tahapan yang kita canangkan untuk menang. Gagasan tentang new look new image menjelang tahapan take off preparation, isu tentang pluralitas, yang terus kita gaungkan, semuanya cukup memberi efek positif bagi persepsi orang lain tentang PKS.
Pada saat kita memasuki tahapan big wave, seiring terus menguatnya persepsi positif orang tentang PKS, kita harus mengetahui betul realitas-relaitas baru dalam politik Indonesia. Di antara realitas yang sangat penting itu adalah:
- Realitas demografi, bahwa tren pertumbuhan masyarakat berusia muda ---antara 17 tahun hingga 45 tahun-- populasinya mencapai 65 %.
- Perbandingan kaum urban-rural. Menurut data dari BPS, perbandingan ini akan mengalami titik balik pada tahun 2010 di mana perbandingannya menjadi sekitar 54% urban dan 46 rural.
- Distribusi informasi yang semakin merata karena peran media.
- Tidak ada lagi asimetris informasi. Karena konektifitas, maka disparitas antara desa dan kota dalam soal informasi tidak relevan.
Realitas baru perpolitikan di Indonesia tersebut, akan menyokong terjadinya proses transformasi besar-besaran dalam tradisi perpolitikan itu sendiri. Setidaknya ada empat macam transformasi yang akan terjadi:
- Pertama, Transformasi dari politik aliran menuju politik kemanusiaan. Orang nanti tidak melihat ideologi itu sebagai soal benar salah, tapi bagaimana idelologi itu membangun kemanusiaan. Dulu orang berbicara nasionalisme, karena nasionalisme adalah padanan dari anti kolonialisme. Karena nasionalisme adalah alat untuk melawan imperialisme.
- Kedua, Transformasi dari politik pencitraan menuju politik konten. Karena itu iklan-iklan politik sekarang mengalami inflasi. Kata-kata dalam iklan itu menjadi sangat artifisial, karena yang ingin dilihat orang adalah artikulasi yang bersifat live, nyata.
- Ketiga, Transformasi dari tokoh kharismatik kepada tokoh kinerja. Akan ada transformasi bahwa masyarakat semakin mengutamakan tokoh yang berbasis kinerja dari pada tokoh yang berbasis kharisma. Dan, ini merupakan salah satu perspektif penting dalam komunitas urban. Karena itu di sini ikatan-ikatan primordial seperti suku bisa jadi tidak relevan.
- Keempat, Transformasi dari orientasi kekuasaan kepada orientasi kepemimpinan. Bahwa politik tidak bisa lagi dipersepsi sebagai sarana untuk mengejar ambisi kekuasaan. Itu tidak akan mendapat tempat di masyarakat, seiring dengan realitas-realitas baru.
Berdasarkan realitas tadi saya percaya bahwa partai yang akan memenangankan pemilu mendatang bukan lagi partai yang canggih dengan operasi politiknya, tetapi partai yang hadir dengan gagasan yang inovatif dan solutif, fresh idea, yang dapat membangun kembali rasa cinta dan bangga setiap warga negara kepada bangsa dan tanah air.
Ide-ide yang inovatif dan solutif itu adalah ide-ide tentang the next Indonesia. Siapa yang bisa memiliki ide-ide tentang Indoneisa masa depan, dialah yang akan memimpin Indonesia.

5. Bagaimana Strategi Selanjutnya
Sebelum masuk ke strategi selanjutnya untuk menang, kita perlu menjawab pertanyaan fundamental. Pertanyaan fundamental itu adalah “mengapa kita harus menang.” Jawaban dari pertanyaan fundamental itu, secara umum dapat disarikan ke dalam prinsip-prinsip berkut:
1. Bahwa kehadiran kita sebagai pemimpin adalah matlabun jamahriiyun li inqadzi asya’b. Adalah tuntutan publik untuk menyelamatkan masyarakat. Ini bisa kita sebut dengan tuntutan sosial.
2. Bahwa upaya-upaya penyelamatan masyarakat itu merupakan kewajiban agama, tuntutan syariat Islam. Ini bisa dikatakan sebagai tuntutan moral.
3. Bahwa ada keniscayaan sejarah terkait dengan pergantian generasi. Ini bisa kita sebut dengan tuntutan sejarah. Bahwa sebuah generasi pasti akan digantikan oleh generasi berikutnya.
Sesudah itu semua, kita berbicara tentang bagaimana cara kita menang pada sisa tahapan selanjutnya.
Setidaknya ada lima tema penting yang harus terus ada dalam kesadaran kita. Lima kesadaran itu menjadi semacam tonggak-tonggak yang bisa dijadikan pusaran bagi segala cara, upaya, untuk menuju kemenangan pada sisa tahapan berikutnya. Lima kesadaran itu adalah:
1. Setelah image keterbukaan, pruralitas, kita perlu menukik lebih dalam kepada kesadaran publik, bahwa PKS adalah ruh baru kebangkitan Indonesia. PKS adalah ruh baru dan tulang punggung kebangkitan bangsa Indonesia.
2. Mempertahankan posisi PKS sebagai news maker, opinion leader dan trend setter.
Karena itu, dalam konteks ini kita perlu mengartikulasikan secara lebih luas dan mendalam tentang the next Indonesia, dan the road map to the next Indonesia, step by step.
3. Memperkuat wibawa institusi partai. Melalui pengokohan struktur, soliditas dan leaderhsip, serta kekuatan jaringan yang menjangkau setiap jengkal tanah di Republik ini.
4. Menebar pesona pribadi. Maksudnya, keberadaan kita sebagai kader, sebagai dai harus dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dalam berbagai kerja-kerja politik dan dakwah kita.
5. Menguatkan penerimaan dan dukungan internasional.

Pada akhirnya, segala cita-cita punya kadarnya untuk kita geluti prosesnya secara maksimal, tahap demi tahap. Tapi ia juga punya kadarnya untuk kita serahkan kepada Allah dengan penuh pengharapan dan doa yang juga maksimal. Sejarah Islam juga mengajarkan, betapa Rasululah dan para pejuang pendahulu kita yang shalih, telah membuktikan, ketika umat Islam mengawali cita-cita dengan keyakinan iman, niat yang tulus, kerja yang tak kenal lelah, maka sesudah itu biasanya Allah sendiri yang mengambil alih sisa pekerjaan itu semua. Dan, memberi mereka kemenangan yang nyata, nasran aziza, dengan cara Allah sendiri.
Maka saya sangat yakin, bila kita memiliki keyakinan yang kuat, ketulusan niat, kebersamaan yang kokoh, dan kerja keras tanpa kenal lelah, nanti Allah juga akan mengambil alih sisa-sisa pekerjaan yang masih besar, lalu memberi kita kemenangan-Nya, dengan cara-Nya sendiri, bahkan sering melampui batas-batas imajinasi kita, tanpa pernah kita mengerti.
Jangan pernah merasa kita akan bisa menyelesaikan pekerjaan ini sendiri. Tugas kita adalah menegaskan tekad dan memulai perjalanan. Setelah itu Allah akan membimbing kita hingga akhir perjalanan. Insya Allah.
اللهأكبر،اللهأكبرواللهأكبر،وللهالح

Sabtu, Agustus 23, 2008

Hari ahad penuh aktifitas

"Allahumma ariinal haqqa haqqa warzuqnattiba'ah, wa arinal bathila bathilan warzuqnattinabah".

Batam jazirah
Ahad, 24 Agt 08

Nasheed : Dimana kan kucari ganti-versi Rasulullah

Download nasheed : Dimana kan kucari ganti-versi Rasulullah

Klik : http://www.4shared.com/file/60136480/f1d25f8f/Di_Mana_Kan_Kucari_Ganti-RasuluLLah.html

HAL-HAL YANG MENGUATKAN IMAN (Seri Tarbiyyah)

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya iman itu dijadikan di dalam diri sesorang diantara kamu sebagaimana pakaian, maka mohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui” (HR Al- Thabrani). Maksudnya iman itu dapat menjadi usang dalam hati seperti halnya pakaian yang dapat menjadi usang bila lama dipakai.

Hal-hal yang menguatkan Iman

1. Menuntut ilmu, yaitu ilmu yang menyebabkan bertambahnya pengetahuan dan keyakinan tentang iman [35:28].

2. Menyimak/ mentadaburkan Al-Qur'an [17:282]

3. Dzikir dan Fikir

Dzikir adalah mengingat Allah berserta sifat-sifatNya, hal-hal yang menyangkut keagunganNya dan membaca kalimahNya [33:41, 8:4] Fikir adalah aktivitas yang mengacu kepada renungan terhadap ciptaan Allah, ayat-ayatNya dan mukjizatNya [l3:190-191]

4. Mengikuti dan komitmen terhadap halaqoh zikir. “Tidaklah segolongan orang duduk seraya menyebut Allah melainkan para malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman nati turun kepada mereka dan Allah menyebut mereka termasuk dalam golongan yang berada di sisiNya”. (HR Muslim)

5. Memperbanyak amal shalih, yang harus diperhatikan :

  1. Sesegera mungkin melaksanakan ama1-amal sholih [3:33, 57:21, 22:90] dan hadits: “Pelan-pelan (berhati-hati) dalam segala sesuatu adalah baik kecuali di dalam amal akhirat”. (HR Abu Daud)
  2. Melakukannya secara terus-menerus. “Alah menyukai amalan yang walaupun sedikit, tapi dikerjakan secara terus-menerus.” (HR.Bukhori)
  3. Tidak merasa bosan. Maksudnya kerjakanlah ibadah sesuai dengan kemampuan. “Sesungguhnya agama itu adalah mudah, dan tidaklah agama itu dikeraskan oleh seseorang melainkan justru ia akan dikalahkan. Maka berbuatlah yang lurus dan sederhana.” (Hadits Riwayat Bukhari)
  4. Mengulang amalan yang tertinggal dan terlupakan.

Barangsiapa yang tertidur hingga ketinggalan bacaan wiridnya dari sebagian malam atau dari sebagian bacaan wirid, lalu dia membacanya lagi antara sholat Shubuh dan shalat Zuhur, maka ditetapkan baginya seakanlah dia membacanya pada malam itu juga.” (HR. An-Nasa' i)

  1. Berharap amalnya diterima Allah swt dan merasa cemas jika amalannya tidak dilerima Allah SWT.

6. Melakukan berbagai macam ibadah. "Barangsiapa yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu sorga ‘Wahal hamba Allah, ini adalah baik. Lalu barangsiapa yang menjadi orang yang banyak mendirikan sholat, maka ia dipanggil dari pintu sholat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad, maka ia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi orang yang banyak melakukan shoum, maka ia dipanggil dari pintu ar-Rayyan, Barangsiapa menjadi orang yang banyak megeluarkan shodaqoh, maka dia dipanggil dari pintu shodaqoh.” (HR Bukhori) "Berbakti kepada orangtua adalah pertengahan dari pintu-pintu sorga." (HR at- Tirmidzi)

7. Dzikrul maut. “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian.” (HR at-Tirmidzi) "Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah, sekarang ziarahilah kubur karena hal itu dapat melunakkan hati, membuat mata menangis, mengingatkan hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor. “ (HR Al- hakim)

8. Mengingat akhirat, yaitu mengingat nikmatnya sorga dan keras pedihnya neraka [lihat QS. 56, 75, dan 78].

9. Bermunajat kepada Allah dan pasrah kepadanya. Maksudnya: memohon kepada Allah dengan ketundukan dan kepasrahan yang sedalam-dalamnya.

10. Tidak berangan-angan secara muluk-muluk [26:205-207, 10:45].

11. Memikirkan kehinaan dunia [3:185]. Hadits: "Dunia ini terlaknat, dan terlaknat pula apa yang ada di dalanmya kecuali dzikruIlah dan apa yang membantunya, atau orang yang berilmu atau orang yang mencari ilmu.” (HR Ibnu Majah)

12. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah [22:30,32].

13. Al-wala wal baro, artinya saling tolong menolong dan loyal kepada sesama muslim dan memusuhi orang-orang kafir [5:2].

14. Tawadhu (rendah hati). "Barang siapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal ia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga ia diberi kebebasan memilih diantara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya (HR At- Tirmidzi)

15. Muhasabah diri [59:18]

16. Do'a. [2:186].

REFERENSI

· Muhammad Shouh Al-Munajjid, Obat Lemahnya Iman, Darul Falah

· Dr. Muhammad Na'im Yasin, Yang Meguatkan Yang Membatalkan Iman, GIP.

HAL-HAL YANG MELEMAHKAN IMAN (Seri Tarbiyyah)

Fluktuasi Iman

Secara fitrah manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat jujur (dosa) dan ketaqwaan [91:9-10]. Hal ini mengakibatkan keimanan seseorang mengalami fluktuasi (terkadang naik, terkadang turun). "Keimanan itu bisa bertambah dan berkurang. Maka perbaharuilah iman kalian deugan Laa Ilaaha Illallaah" (HR Ibnu Islam)

Fenomena Lemahnya Iman

1. Terjerumus dalam kemaksiatan

Suatu perbuatan yang sering dilakukan dapat membentuk sebuah kebiasaan. Begitu pula dengan kemaksiatan. Bila sering dilakukan ia pun akan menjadi sebuah kebiasaan, yang jika terbiasa seseorang akan berani berbuat secara terang-terangan.

Rasulullah bersabda: (lihat Hadist Bukhari Vol. I, hal 16)

1. Tidak tekun dan bermalas-malasan dalam beribadah

Salah satu ketidaktekunan dalam beribadah ialah tidak khusyu' (konsentrasi) dalam mengerjakannya. Contoh: tidak khusyu' dalam sholat, membaca Al-Qur'an, berdoa, dll. Sehingga ibadah tersebut dilakukan dengan jiwa yang kosong tanpa ruh (QS 4:142). Padahal dalam sebuah hadist dikatakan: "Tidak akan diterima do'a dari hati yang lalai dan main-main" (HR Tirmidzi.)

1. Memudarnya tali ukhuwah.

2. Tidak memperhatikan urusan kaum muslimin. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa orang-orang mu'min itu bagai satu tubuh. Dari An-Nu'man bin Basyir ra, katanya Rasulullah SAW bersabda: "Orang-orang mu'min itu laksana satu tubuh manusia. Bila matanya sakit maka sakitlah seluruh tubuhnya. Atau bila kepalanya sakit maka sakitlah seluruh tubuhnya ". (HR Muslim).

3. Terputusnya tali persaudaraan diantara dua orang yang semula bersaudara. "Tidak selayaknya dua orang yang saling mengasihi karena Allah Azza wa Jalla, atau karena Islam lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yaug dilakukan salah seorang diantara keduanya". (HR Bukhari)

4. Terpaut kepada urusan duniawi dan terlalu mencintainya (QS. 75:2O-21)

5. MengeIuh dan takut akan musibah (QS 70:19-21)

"Janganlah sekali-kali kamu mencela yang ma'ruf sedikitpun, meski engakau hanya menuangkan air ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air. Atau meski engkau hanya berbicara dengan saudaramu sedangkan wajahmu tampak berseri kepadanya." (HR Ahmad)

1. Mencela yang ma'ruf dan tidak mau memperhatikan kebaikan-kebaikan yang kecil

2. Banyak berdebat dan bertikai yang mematikan hati. Akibatnya hati menjadi keras dan kaku.

Sebab-sebab Lemahnya Iman

1. Jauh dari suasana atau lngkungan iman dalam waktu yang lama (QS 57:16)

2. Jauh dari pelajaran dan teladan yang baik

3. Jauh dari menuntut ilmu syariat yang dapat mcmbangkitkan iman di dalam hati penuntutnya

4. Berada di tengah lingkungan yang penuh kemaksiatan

5. Tenggelam dalam kesibukan dunia "Cukuplah bagi salah seorang diantara kamu selagi dia di dunia hanya seperti bekal orang yang mengadakan perjalanan." (HR Ath- Thabarani)

6. Sibuk mengurusi harta benda, isteri dan anak-anak (QS. 8:28 ; 3:14)

7. Panjang angan-angan (Berangan yang muluk-muluk) QS. 15:3

Ali ra. pernah berkata: "Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas diri kalian ialah mengikuti hawa nafsu dan angan-angan yang muluk. Mengikuti hawa nafsu akan meughalangi dari kebenaran, sedangkan angan-augan yaug muluk akan melupakan akhirat"

1. Berlebih-lebihan dalam masalah makan, tidur, berjaga di waktu malam, berbicara, bergaul dan juga tertawa "Janganlah kamu sekalian memperbanyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati". (HR Ibnu Majah)

REFERENSI

Muhammad Sholih AL-Munajjid, Obat Lemahnya Iman, Darul Falah.

10 RISALAH KEPADA PEMUDA (Seri Materi Tarbiyyah)

Tak dapat disangkal lagi bahwa eksistensi pcmuda Islam dalam kehidupan amat renting, karena merekalah yang memiliki potensi untuk mewarnai perjalanan sejarah umat manusia pada umumnya. Semua ideologi yang barorientasi pada strategi revolusi, menganggap pemuda sebagai tenaga paling revolusioner. karena secara psikologis manusia mencapai puncak hamasah (gelora semangat) quwatul jasad (kekuatan fisik) pada usia muda. Hal tersebut menumbuhkan semangat pergerakan, perubahan, bukan stagnasi atau pun status quo. Dalam setiap kurun waktu, kemarin, kini dan esok, pembela senantiasa berdiri di garis terdepan. Baik sebagai pembela kebenaran yang gigih atau pun sebagai pembela kebatilan yang canggih.

Di dalam Alqur'an peran remuda diungkapkan dalam kisah Ashabul Kahfi [18:19-22], kisah pemuda Ibrahim [21:60 dan 69, 2:258] dan pemuda yang dibunuh oleh Ashabul Uhdud [lihat tafsir Ibnu Katsir QS Al-Buruj], dan para Assabiqunal Awwalun pada umumnya berusia muda.

Pentingnya memanfaatkan masa muda digambarkan dalam hadist Rasulullah SAW sbb.: "Manfaatkanlah yang lima sebelum datang yang lima; masa mudamu sebelum datang masa tuaamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa hidupmu sebelum datang masa matimu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu." [HR Al-Bahaqi] Bagaimana potensi pemuda itu dapat dikembangkan dalam bingkai Islam? Setidaknya mereka dituntut melaksanakan 10 risalahnya:

1. Memahami Islam

Mustahil pemuda dapat memuliakan lslam kalau mereka sendiri tidak memahami Islam [35:28, 58:11]

"Siapa yang dikehendaki Allah akan nlendapatkan kebaikan, maka dipandaikan dalam aganla." [HR Buknari-Muslim]

"Dunia ini terkutuk dan segala isinya terkutuk, kecuali dzikrullah dan yang serupa itu, dan orang alim dan penuntut ilmu." [HR At- Tirmidzi]

2. Mengimani segenap ajaran Islam

Iman kepada Allah dan Rasulnya pada hakikatnya merupakan sebuah sikap mental patuh dan tunduk [23:51]. Tunduk patuh berlandaskan cinta kepadanya [2:165] dan Ittiba' (mengikuti) Rasulnya [3:31,53:3-4].

3. Mengamalkan dan mendakwahkan Islam

Ciri orang yang tidak mengalami kerugian (k11usrin) dalam hidup adalah senantiasa mengamalkan dan mendakwahkan Islam [103:1-3, 41:33,3:110, 9:71,5:78-79]."Barang siapa nlenyeru kepada kebaikan, nlaka ia akan nlen!peroleh pahala sepadan dengan orang yang nlengerjakannya." [HR Muslim]

4. Berjihad di jalan Islam

Jihad adalah salah satu hal ya:ng diwajibkan Allah kepada kaum muslimin. Said Hawwa membagi jihad menjadi 5 macam:

· Jihad lisaani, menyampaikan dakwah Islam kepada orang-orang kafir, munafik, dan fasik yang disertai dengan hujjah (argumentasi) yang dicontohkan oleh Nabi SAW [5:62].

· Jihad maali atau jihad dengan harta [49:15, 9:111]. Jihad dengan harta merupakan bagian vital bagi jihad yang lainnya, karena dakwah memerlukan sarana dan prasarana.

· Jihad bilyad wan nafs atau jihad dengan tangan/kekuasaan dan jiwa [22:39, 2:190, 8:39, 9:36]. Termasuk dalam jihad ini adalah menentang orang kafir, usaha mempertahankan diri terhadap serangan mereka, berusaha mengusir mereka dari bumi lslam, memerangi kaum murtad dalam negeri Islam, melawnn pemberontak atau pembangkang atas negara lslam.

· Jihad siyaasi atau jihad poIitik.

· Jihad tarbawi/ta'limi, yakni bersungguh-sungguh mengajarkan, menyampaikan ilmu dan mendidik orang-orang yang ingin memahami Islam [3:79].

5. Shabar dan istiqomah di atas jalan Islam [21:83-85, 38:41-44, 37:100-107,21:68-69,71:5-9].

Keimanan harus dilanjutkan dengan kesabaran dan istiqomah.

"Keyakinan dalam iman haruslah secara bulat dan kesabaran itu setengah dari iman." [HR Abu Nu'aim].

6. Mempersaudarakan manusia dalam ikatan Islam

Pemuda seharusnya berperan dalam menjalin ukhuwah Islamiyah sesama musIim [8:63, 59;9]. "Setiap mukmin yang satu bagi mukmin lainnya bagaikan suatu bangunan, antara satu dengan yang lain saling mengokohkan." [Al-Hadist] .

7. Menggerakkan dan mengarahkan potensi umat Islam.Potensi umat Islam perlu diarahkan ke dalam amal Jama'i secara efektif dan efisien [3:146].

8. Optimis terhadap masa depan Islam

Pemuda Islam tak boleh memiliki jiwa pesimis. Sebaiknya harus optimis akan hasil perjuangan dan pertolongan serta balasan dari Allah SWT. Hanya orang kafirlah yang memiliki sifat pesimis [12:87, 15:56].

9. Introspeksi diri (muhasabah) tcrhadap scgala aktifitas yang tclah dilakukan.

Introspeksi dan evaluasi dimaksudkan agar pemuda tidak mengulan kesalahan yang sama di hari mendatang, tldak terjebak dengan permasalahan yang sama, dan mampu memperbaiki diri ke arah yang lebih baik [13:11]. "Seorang yang sempurna akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersiap dengan amal sebagai bekal untuk mati." [HR At- Tirmidzi].

10. Ikhlas dalam segenap pengabdian di jalan Islam

Memurnikan niat karena Allah dalam ibadah dan jihad merupakan masalah fundamental, agar amal itu diterima sekaligus sukses. "Sesungguhnya Allah menolong ini hanya karena orang-orang yang lemah diantara mereka yaitu dengan dakwah, shalat ,dan ikhlas mereka " [HR An-Nasa'i dari Sa'ad bin Abi Waqqash]

REFERENSI

1. Majalah Islam 'Sabili', No.33/ 11 Januari 1991

2. Husni Adham Jarror, Bercinta dan Bersaudara karena Allah, GIP

3. Dr. Muh. Ibrahim An-Nashr, Dr Yusuf AL-Qardhawi dan Saisd Hawwa, Berjuang di Jalan Allah, GIP.

Kamis, Agustus 21, 2008

Hari Raya Jum'at

Selamat hari raya jum'at....

Salam perjuangan, 22 Aug 2008
Batam, 10.17

LIMA PESAN NABI

LIMA PESAN NABI

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad diceritakan bahwa Ketika hari keberangkatan Muadz bin Jabal untuk berdakwah ke Yaman telah tiba, Muadz berpamitan kepada Rasulullah saw dan para sahabat lainnya. Rasa berat meninggalkan kampung halaman apalagi harus berpisah dengan Rasul membuatnya menangis. Rasul kemudian bertanya: “Mengapa engkau menangis?”. Muadz menjawab: “Wahai Rasulullah, aku menangis karena akan berpisah denganmu”.

Menghadapi kenyataan ini, maka Rasulullah saw berpesan kepada Muadz yang berarti berpesan kepada kita semua. Beliau bersabda:

لاَ تَجْزَعْ إِنَّ الْجَزَعَ مِنَ الشَّيْطَانِ يَامُعَاذُ إِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَاكُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ يَامُعَاذُ اذْكُرُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ عِنْدَ كُلِّ حَجَرٍ وَشَجَرٍ وَمَدَرٍ

Janganlah bersedih, karena sesungguhnya bersedih itu datangnya dari syaitan. Wahai Muadz, bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya, dan berakhlaklah kepada orang lain dengan akhlak yang baik. Wahai Muadz, ingatlah selalu kepada Allah azza wa jalla, baik ketika berada di daerah bebatuan, daerah penuh pepohonan maupun daerah perkotaan.

Dari hadits di atas, dapat kita simpulkan bahwa untuk menjalani kehidupan dengan baik, Rasulullah saw berpesan empat hal kepada kita yang harus kita laksanakan dalam hidup ini.

1. Tidak Bersedih.

Pada dasarnya kesedihan merupakan sesuatu yang wajar, karenanya hal ini ada pada setiap orang. Rasa sedih akan muncul ketika seseorang akan berpisah dengan orang yang dicintainya, apakah dengan sebab akan pergi lama atau kematian dan kehilangan apa yang dimiliki. Namun kesedihan bisa menjadi tidak wajar dan tidak bisa dibenarkan serta hal ini dianggap datangnya dari syaitan ketika dengan sebab sedih seseorang tidak mau pergi menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya atau ketika terjadi kematian orang yang dicintainya, ia tidak bisa menerima kenyataan itu atau bisa juga sedih karena kehilangan harta yang membuatnya menjadi putus asa.

Oleh karena itu, ketika Muadz bin Jabal nampak begitu sedih ketika akan berpisah dengan Rasul dan para sahabat serta harus meninggalkan kota Makkah yang dicintainya, beliau menyatakan bahwa kesedihan datangnya dari syaitan bila hal itu sampai menyebabkan semakin berat langkah Muadz untuk menunaikan tugas. Laa Tajza’ dalam hadits di atas bisa dipahami sebagai tidak sabar terhadap sesuatu yang menimpa yang membuat seseorang menjadi sedih.

2. Bertaqwa Dimana Saja .

Taqwa adalah memelihara diri dari siksa Allah dengan mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, bahkan dimanapun seseorang berada, ini merupakan kunci kemuliaan bagi manusia sehingga setiap mukmin harus berusaha untuk bertaqwa kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya ketaqwaan, apalagi setiap umat diperintah untuk bertaqwa yang dalam konteks umat Nabi Muhammad saw Allah swt sampai menurunkan Al-Qur’an yang tidak bisa diragukan sedikitpun kebenarannya agar menjadi petunjuk untuk mencapai ketaqwaan. Taqwa disebutkan oleh Allah swt sebagai sebaik-baik pakaian yang sebagaimana pakaian jasmani harus selalu melekat dalam tubuh manusia kemanapun ia pergi dan dimanapun ia berada, maka taqwa sebagai pakaian rohani harus selalu melekat dalam jiwa manusia sehingga menjadi warna dan arah kehidupan. Taqwa juga menjadi sebaik-baik bekal dalam kehidupan ini di dunia dan untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, sehingga taqwa menjadi asas bagi diterimanya suatu amal oleh Allah swt.

Oleh karena itu, bila seseorang telah bertaqwa, maka ia menjadi manusia yang paling mulia sebagaimana Allah swt berfirman: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu terdiri dari seorang lelaki dan perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah diantara kamu adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS Al Hujurat [49]:13).

3. Menghapus Keburukan Dengan Kebaikan.

Sebagai manusia yang sering dikatakan tidak luput dari salah dan dosa, maka keburukan yang telah dilakukan tidak boleh menjadi kebiasaan apalagi sampai membentuk karakter kepribadian yang buruk. Oleh karena itu, setelah bertaubat dari kesalahan, setiap muslim harus menghapus dan menutupi kesalahan itu dengan kebaikan sehingga perbuatan baik mendominasi perjalanan hidup kita, bahkan sekalipun orang tidak bisa melupakan keburukan yang pernah kita lakukan tetap saja mereka bangga dengan kebaikan yang sekarang kita lakukan.

Banyak sekali kebaikan yang harus kita lakukan dalam hidup ini, karena itu rasanya tidak cukup waktu bagi kita untuk melaksanakan semuanya sehingga saat kesempatan berbuat baik sudah ada, setiap kita harus melakukannya sesegera mungkin agar jangan sampai kita menjadi orang yang menyesal dan lebih tragis lagi adalah bila penyesalan itu terjadi dalam kehidupan di akhirat.

4. Berakhlak Baik.

Manusia antar satu dengan lainnya harus bergaul dan berinteraksi, karena itu, Nabi berpesan kepada Muadz yang juga berarti kepada kita semua agar kita bergaul dan mempergauli manusia dengan akhlak yang baik, apalagi Allah swt mengutus Rasul untuk memperbaiki akhlak manusia. Dalam rangka mempergauli manusia dengan akhlak yang baik, telah diatur dan dicontohkan bagaimana suami harus berakhlak baik kepada isterinya, begitu juga dengan isteri kepada suaminya. Orang tua harus berakhlak baik kepada anak, begitu juga dengan anak kepada orang tuanya dan begitulah seterusnya harus berakhlak baik kepada sesama manusia seperti kepada tamu, tetangga dan sebagainya.

Akhlak yang baik pada diri manusia merupakan cermin dari keimanannya yang sempurna, karenanya menjadi amat penting untuk menunjukkan akhlak manusia dihadapan sesama manusia karena hal ini menjadi tolok ukur keimanan.

5. Selalu Berdzikir.

Secara harfiyah, dzikir artinya mengingat, menyebut. Orang yang berdzikir kepada Allah swt berarti orang yang ingat kepada Allah swt yang membuatnya tidak akan menyimpang dari ketentuan-ketentuan-Nya. Ini berarti dzikir itu bukan sekadar menyebut nama Allah, tapi juga menghadirkannya ke dalam jiwa sehingga kita selalu bersama-Nya yang membuat kita menjadi terikat kepada ketentuan-ketentuan-Nya. Bagi seorang muslim, berdzikir merupakan hal yang amat penting, karenanya satu-satunya perintah Allah swt yang menggunakan kata katsira (banyak) adalah perintah dzikir kepada-Nya sebagaimana firman Allah swt: Hai orang yang beriman, berdzikirlah kamu kepada Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya (QS Al Ahzab [33]:41).

Untuk menggambarkan betapa penting dzikir bagi seorang muslim, Rasulullah saw sampai mengumpamakannya antara orang yang hidup dengan orang yang mati, ini berarti dzikir itu akan menghidupkan jiwa seorang muslim, Rasulullah saw bersabda:

مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَيَذْكُرُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dengan orang yang tidak berdzikir seperti orang hidup dan orang mati (HR. Bukhari).

Ruang lingkup atau cakupan berdzikir amat luas. Secara garis besar, dzikir bisa dilakukan dengan tiga cakupan. Pertama, dzikir dengan hati, yakni selalu ingat dan merasa dekat kepada Allah swt. Ia merenungkan sifat-sifat Allah dengan segala ketentuan-ketentuan-Nya. Merasa dekat dengan Allah swt membuat seseorang menjadi sangat hati-hati dalam menjalani kehidupan ini agar tidak melanggar ketentuan-ketentuan-Nya. Kedua, dzikir dengan lisan yakni menyebut atau mengucap nama Allah swt ketika akan melakukan sesuatu atau sesudahnya. Ketiga, dzikir dengan amal, yakni melakukan segala sesuatu dalam kerangka ingat kepada Allah yang membuat kita tidak mungkin melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan Allah swt.

Karena begitu penting berdzikir kepada Allah swt, maka kepada sahabatnya Muadz bin Jabal beliau pesan hal ini untuk selalu dilakukan dimanapun ia berada dan bagaimanapun situasi dan kondisinya.

Manakala pesan Rasul kepada Muadz bin Jabal yang berarti kepada kita semua bisa kita laksanakan dalam hidup ini, niscaya kehidupan yang hasanah (baik) di dunia dan akhirat sebagaimana yang selalu kita panjatkan bisa kita peroleh.

Drs. H. Ahmad Yani

Email: ayani_ku@yahoo.co.id

SELAMAT DATANG..AHLAN WA SAHLAN..WELCOME..SUGENG RAWUH..

Ahlan wa sahlan......Met berkunjung
Harapan semoga tercerahkan dan bermanfaat.