Ketika Jatuh Cinta...
Cinta adalah nikmat Allah yang besar selain keimanan dan kesehatan.
Cinta harus mampu menyucikan akal, menyingkirkan kekhawatiran dan
membangkitkan semangat.
Cinta juga harus bisa mendorong manusia untuk memelihara akhlak yang
mulia, memperhatikan adab dan pergaulan yang baik. Cinta tak lain
adalah wujud timbangan akal dan rasa. Ia adalah ciptaan yang mulia,
sebagaimana yang dikatakan dalam syair, "Bukan karena dorongan nafsu
kubangkitkan cinta tapi kulihat cinta itu adalah akhlak yang mulia".
Dalam konteks ini cinta bisa menjadi sesuatu yang baik jika
dialihkan semua kekuatan cintanya kepada Allah semata. Sehingga sang
pecinta mencintai Allah dengan segenap hati, ruh dan raganya.
Di sini kita akan melihat bahwa ruh orang-orang yang mabuk cinta di
jalan Allah laksana titik-titik embun yang lembut. Ia menyegarkan
jiwa dan menguatkan raga. Cinta seperti inilah yang menjadi tujuan
kebaikan manusia, puncak kenikmatan dan kesenangannya. "Tidak ada
yang bisa dilihat (lebih indah oleh) orang-orang yang saling
mencintai seperti halnya pernikahan". (HR. Ibnu Abbas).
Begitulah seharusnya ikhwah ketika ia merasakan kenikmatan jatuh
cinta. Hatinya tidak memburu seperti kerbau gila. Membabi babi buta
seperti kehilangan akal sehat. Seorang ikhwah ketika jatuh cinta,
tidak berpikiran seperti pencuri yang berencana mejarah kehormatan
milik ornag lain. Seorang ikhwah tatkla jatuh cinta bukanlah penipu
yang diliputi ketamakan dan kebusukan untuk mengambil kenikmatan
tanpa mengikuti aturan.
Ketika ikhwah jatuh cinta, hatinya harus menjadi pengikut setia
ajaran Sang Pemberi Cinta. Tidak ada tempat bagi unsur-unsur nafsu
yang merusak. Semua harus melebur ke dalam ketaatan dan keinginan
untuk beramal shalih. Sebab setiap urusan seorang ikhwah harus
berbuah kebaikan. Termasuk soal cinta. Ia harus membuka jalan menuju
keindahan surga. Bukan sebaliknya menjerumuskan kepada kenestapaan
api membara.
Bersiap bukan bermimpi
Ketika ikhwah jatuh cinta, Ia tidak berada dalam mesin mimpi yang
membodohkan. Tak ubahnya seperti playstation atau ding-dong. Ia
tidak mengejar ambisi khayalan yang kosong. Sebongkah harapan cinta
berbau busuk dari kebun masa depan yang tandus. Cinta, bagi seorang
ikhwah, bukan sekedar bersentuhannya kulit badan. Bukan pula untuk
merasakan nikmatnya mengenang bulu lembut di kening seorang
perempuan yang meremang kala dikecup. Tidak juga hanya mengakui
betapa sulitnya melupakan harum aroma tubuh kekasih yang mampu
menyumpat kepala dan pikiran.
Ketika ikhwah jatuh cinta, ia sedang jatuh cinta pada keindahan
Illahiyah. Bisa jadi itu hadir dalam wujud yang sedap dipandang
mata. Mungkin juga berbentuk lantunan suara yang menyejukkan hati.
Keindahan itu bisa nyata dalam kekuatan kesetiaan untuk berjuang
bersama. Di mana kesahajaan, ketaatan, kekuatan menolak kebatilan
dan penjagaan keyakinan akan Allah menjadi hiasan hari-hari yang
panjang.
Ketika ikhwah jatuh cinta, ia harus beranjak dari egoisme
pembangunan unsur diri kepada manfaat bagi umat. Ia mau tak mau
harus menjadi unsur diri yang lebih berarti banyak ketimbang
sebelumnya. Sebab umat kelak membebankan kepadanya tanggung jawab
pembangunan fondasi kekuatan masyarakat. Di mana keluarga adalah
pilar utamanya. Suatu ketika hasil yang diharapkan akan menjadi buah
manis bagi bangunan suatu bangsa. Sebuah masa depan yang lebih cerah
yang dibangun dari generasi yang cerdas dan bertakwa. Harapan ini
tidak lain akan keluar dari rahim cinta para ikhwah.
Kepada para ikhwah yang sedang jatuh cinta, semoga tulisan ini
menjadi inspirasi bagi cinta yang bermanfaat. Wallahu a'lam bish
shawwab.
Sumber : Al-Izzah No.11/Th.4/1-31 Januari 2005 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar